Lihat ke Halaman Asli

Ketrin Pungky Rindi J.G

Mahasiswa PPG Prajab 2023 Gel 2/UNIVERSITAS KATOLIK WIDYA MANDALA SURABAYA

Pendidikan: Tinta Nilai Lebih Berharga daripada Karakter

Diperbarui: 18 Januari 2024   14:56

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Pendidikan. Sumber ilustrasi: PEXELS/McElspeth

          Pendidikan yang berkualitas merupakan salah satu pilar kemajuan suatu negara. Tidak dapat dipungkiri bahwa semua negara, termasuk Indonesia, mendambakan pendidikan yang berkualitas agar dapat menghasilkan tenaga kerja berkualitas yang mampu bersaing di abad 21. Oleh karena itu, diperlukan sistem pendidikan yang baik agar pendidikan dapat  efektif dan efisien. Perhatian khusus diberikan pada pengembangan dan kemajuan pendidikan dalam rangka meningkatkan mutu dan mutunya. Pendidikan yang bermutu menghasilkan sumber daya manusia yang bermutu. Salah satu tujuan pendidikan di indonesia adalah menghasilkan generasi yang cerdas dan berkarakter.

          Dalam beberapa tahun terakhir, pendidikan di indonesia hanya terfokus pada bidang akademis, dan  pendidikan karakter belum banyak mendapat perhatian. Hal ini bertentangan dengan nilai-nilai pendidikan yang diusung oleh bapak pendidikan indonesia atau biasa kita sebut Ki Hajar Dewantara yaitu pendidikan holistik. Pendidikan holistik sendiri merupakan suatu pendekatan dalam dunia pendidikan yang menitikberatkan pada pengembangan seluruh aspek individu, baik aspek intelektual, emosional, sosial, jasmani, dan spiritual. Pendekatan ini bertujuan untuk mengembangkan individu yang seimbang, berkembang secara holistik, dan mampu menghadapi tantangan hidup dengan beragam keterampilan dan nilai-nilai yang kuat.

          Ki Hajar Dewantoro memiliki semboyan "Ing ngarso sung tulodo, Ing madyo mangun karsa, Tut wuri handayani". Dalam dunia pendidikan, istilah ini mengacu pada peran seorang guru atau pendidik. Artinya memimpin dengan memberi contoh, mendorong, memberi motivasi. Jika semboyan ini dipraktikkan maka akan membawa pengaruh positif bagi para pelajar. Guru harus memberi tahu jika ada siswa yang saat berbicara kepada gurunya seakan-akan berbicara kepada teman sebayanya. Namun masih banyak guru yang menghiraukan dengan karakter siswa tersebut, guru beranggapan siswa berbicara seperti itu membuat guru merasa lebih dekat dengan siswa. Padahal hal, hal tersebut membuat siswa tidak memiliki moral kepada guru. Berarti guru tersebut belum melaksanakan semboyan Ki Hajar Dewantara. Jika pendidikan hanya berfokus pada kemampuan akademik tanpa memperhatikan pengembangan karakter dan moral, maka hal tersebut dapat bertentangan dengan pandangan Ki Hajar Dewantara yang menganjurkan pendidikan holistik. Dengan masalah tersebut guru tidak hanya mendidik di bidang akademis melainkan harus mengajarkan nilai moral. Pendidikan di indonesia juga perlu karakter siswa yang baik.

          Hal ini menekankan betapa pentingnya dalam pendidikan untuk menemukan keselarasan antara transmisi nilai dan pengembangan karakter. Pendidikan holistik tidak hanya menghasilkan kecerdasan akademis tetapi juga integritas moral. Sebagai komunitas pendidikan, kami ditantang untuk menghidupkan kembali nilai-nilai inti pendidikan untuk menciptakan lingkungan belajar yang seimbang dan efektif bagi pertumbuhan siswa.

DAFTAR PUSTAKA

(Nugroho et al., 2023)Dewantara, K. H. (n.d.). Semboyan ki hajar dewantara.

Nugroho, G. B., Studi, P., & Pendidikan, F. (2023). BASIS DALAM MERDEKA BELAJAR UNTUK MENCETAK MANUSIA INDONESIA BERKARAKTER. 21(1), 28--40. https://doi.org/10.25170/psikoedukasi.v21i1.4374

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline