Habis Galau Terbilah Move On
(Pengejawantahan makna hijarah dalam karya Andrea Hirata dan Ahmad Fuady)
Oleh:
Henry Trias Puguh Jatmiko, M.Pd.
Berhijrah merupakan kegiatan move on, yaitu beranjak dari kegalauan yang selalu saja berundung. Kegalauan disini dikatakan sebagai suatu hal yang menjadi kerisauan karena belum adanya perubahan dalam hidup seorang mausia. Menjadi suatu ambisi jikalau manusia itu memiliki pola untuk menuju target. Misalnya, seorang anak kecil yang menargetkan puasa di bulan Ramadhan sebulan penuh, tapi sebelumnya ia hanya bisa menyelesaikan puasa setengah bulan. Pijakan-pijakan seperti ini yang membentuk manusia untuk meningkatkan derajatnya, derajat ketakwaan dan keimanan.
Berangkat dari hal itu, sesorang dikatakan galau bila belum bisa move on dari waktu ke waktu yang dilaluinya. Hal-hal yang dilakukan masih sama seperti dahulu, berjalan datar seperti melintasi jalan Ahmad Yani pada waktu dini hari. Hal ini gayut dengan perkataan Nabi Muhammad, yang diriwayatkan oleh Abdullah bin Amr bin Al-Ash yang berbunyi "sesungguhnya imamakan rusak dalam diri kalian laksana rusaknya baju, maka mohonlah kepada Allah untuk memperbaruhi imam dalam kalbu kalian" (HR. Al Hakim).
Terang sudah, bahwa dalam hadis di atas secara eksplisit sesorang diperintahkan untuk memohon kepada Allah agar memperbaruhi imam dan ketakwaan terhadapNya. Orang memiliki sifat hijrah adalah orang yang selalu melakukan pijakan-pijakan yang berbeda. Mengupdate ketakwaan yang dimiliki serta selalu memohon ampun dan petunjuk dari Allah Swt.
Selain move on dalam berhijrah meng-update keimanan, perlulah kiranya manusia juga menghijrahkan diri dalam konteks sosial, yakni berpindah dari kota satu ke kota lain, berpindah dari pulau satu ke pulau lain dan berpindah dari negara satu ke negara lainnya. Banyak dikisahkan dalam novel-novel kekinian yang menceritakan tentang move onnya seorang tokoh dalam novel, dalam hal ini adalah hijrah. Misal dalam novel Tetralogi Laskar Pelangi yang mengisahkan tentang seorang pemuda dari kepulauan Belitung yang berani bergerak, berani berangkat, dan berani move ondari kampung halamannya menuju kota metropolitan lantas pergi ke Sorbone.
Ditinjau dari penelitian sosiologi sastra proses sosial yang dilalui tokoh Ikal dalam cerita tersebut merupakan kejadian yang benar adanya terjadi pada pengarangnya, yakni Andrea Hirata. Kondisi sosial Belitung yang minim akan fasilitas pendidikan menjadikan Ikal terus bergerak dan move on untuk menjadi sesosok manusia yang berharga. Konteks sosial yang didaur ulang dalam novel ini menjadi pusat perhatian di penjuru dunia. Novel yang bertemakan tentang move on atau hijrah ini mendapat sorotan penikmat sastra di dunia hingga novel ini dialihbahasakan menjadi 34 bahasa asing yang diterbitka oleh penerbit terkemuka lebih dari 120 negera. Tentunya hal ini menjadikan kebanggan bagi bangsa Indonesia yang mengangkat konteks sosial yang melihat sudut-sudut daerah Belitung.
Lahirnnya novel tetralogi laskar pelangi yang fenomenal, seketika itu menghadirkan suatu embrio pada karangan Ahmad Fuady yang mendasarkan pada konteks sosial pondok pesantren gontor yang kemudian dilanjutkan pada novel keduanya berjudul rantau muara. Jika ditinjau dari segi alur, novel Andrea Hirata dan Ahmad Faudy ini memiliki model pengaluran yang hampir menyerupai, yakni Alif dalam tokoh tersebut pindah dari sumatra ke jawa timur sedangkan dari Ikal dari Belitung pindah ke Jakarta. Konteksnya salam, yakni berhijrah. Dalam novel lanjutannya pun sama Rantu Muara dengan Edensornya Andrea Hirata, yakni perpindahan dari Indonesia ke Eropa, yakni bercerita tentang perpindahan sosial dan keberhasilan dari berhijrah tersebut.
Contoh di atas merupakan suatu bentuk gebrakan yang harus ditiru oleh mahasiswa di Indonesia. Berhijrah itu penting untuk meningkatkan derajat dan move on itu menghilangkan kegalauan yang selama ini melanda. Tugas dosen sebagai gurunya guru atau disebut dengan mahaguru memiliki peran dalam merubah mindset mahasiswa untuk selalu move on dan tidak galau yang berkepanjangan. Galau yang berkepanjangan ini maksudnya mahasiswa agar selalu berprestasi dan selalu move onjika sudah berprestasi. Artinya, menggapai prestasi yang lainnya.