Lihat ke Halaman Asli

Implementasi Nilai-nilai Pancasila Sila Kedua dalam Menanggapi Peristiwa Rohingya

Diperbarui: 7 Oktober 2017   03:44

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Implementasi Nilai-Nilai Pancasila Sila Kedua dalam Menanggapi Peristiwa Rohingya sebagai Wujud Manusia yang Pancasilais

Oleh:

Henry Trias Puguh Jatmiko, M.Pd

Indonesia berideologi pancasila, ideologi ini dianggap oleh masyarakat Indonesia sebagai dasar dalam menjalankan aktivitas sehari-hari. Dalam implementasi sila kedua yang berbunyi Kemanusiaan yang adil dan beradab menjadi suatu simbol bahwa bangsa Indonesia haruslah memiliki sifat itu dalam kesehariannya, yang diimplementasikan tidak hanya oleh para pemimpin negara akan tetapi oleh segenap rakyat Indonesia.

Melihat peristiwa tragis yang menimpa di Rohingnya, seharus seluruh lapisan rakyat Indonesia tergerak hatinya untut turut perihatin dalam kondisi tersebut. Ukuran keperihatinan tersebut dilihat dari subangsih terhadap peristiwa itu. Sila kedua ini menjadi tolok ukur apakah bangsa ini telah mengimplementasikan sila tersebut yang ditinjau dari segi kemanusiaan.

Penerapan pada sila ini tidak hanya sekedar adil dan beradab di kalangan bangsa Indonesia akan tetapi menjadi suatu keniscayaan adab dalam bernegara dengan yang lain dan adil dalam meninjau kasus sosial yang tidak seimbang. Kasus kebiadaban para pembantaian masal merupakan bagian dari tugas seorang manusia beradab. Dikatakan manusia beradab karena menjunjung tinggi rasa keadilan dan budi luhur yang baik. Di luar sana, keadilan saudara rakyat rohingya dirampas dan rasa keadilan itu telah diperkosa oleh para penguasa. Sampai-sampai seribu orang yang bertempat tinggal di Rohingnya tewas dan terdapat 300.000 telah mengungsi didaerah Bangladesh. Melihat peristiwa seperti itu, masihkah orang yang menganggap dirinya pancasilais tergolong dalam manusia yang berideologi pancasila?

Pada kerusuhan yang terjadi pada tahun 2012 di Sittwe berdampak pada pembakaran masjid yang berusia 800 tahun dan 400 warga tewas. Pemerintah menganggap bahwa Arakana Rohingnya Salvation Army  atau ARSAT pada tahun 2012 menyerang Pos keamanan Myanmar. Kemudian isu itu berkembang bahwa organisasi tersebut telah berbaiat pada ISIS untuk pendirian negera islam sehingga penyerangan besar-besar pun terjadi untuk membrangus kelompok tersebut.

Mendasar dari pendirian negera Islam tersebut, bergeraklah para militer Myanmar yang direstui oleh pimpinan tokoh Agama Budha bernama Wirathu. Asas ketidaknetaralan pemerintah Myanmar juga sangatlah tampak saat memberikan bantuan terhadap para pengungsu Rohingya, beberapa warga Rohingya ada yang sakit keras tanpa perawatan intensif. Hal tersebut, dikatakan oleh  Zakya Yahya saat ditemui di Sekretariat MER-C (Republika, 09-9-2017).

Melihat kejadian seperti itu, kita sebagai bangsa Indonesia sudah sangat layak untuk membantu dan menolong mereka, baik secara langsung maupun secara tidak langsung. Sila kedua kemanusiaan yang adil dan beradab merupakan dasar bangsa Indonesia untuk mengulurkan tanganya untuk membantu kezaliman yang terjadi di tanah Rohingya. Untuk merealisasikan hak tersebut, tidak perlu embel-embel agama Islam atau tidak. Kasus yang terjadi Rohingya itu adalah kasus penistaan kemanusiaan, kezaliman penguasa serta pemusnahan masal. Cukup  dengan sila kedua jika kita memang bangsa Indonesia sumbangsih itu bisa terwujud.

Apabila dilihat dari sudut politik, ada yang mengatakan bahwa kegiatan aksi Rohingya di Indonesia merupakan bagian untuk melakukan MAKAR. Sungguh sangat kejam sekali, perkataan tersebut dilontarkan. Umat muslim di Indonesia merasakan kepedihan yang mendalam saat saudaranya di bumihanguskan. Aksi Rohingya di Indonesia tidak ada kaitannya sama sekali dengan politik apalagi untuk menurunkan Presiden. Mereka hanya menyuarakan kepada rakyat dan menjadi pengingat terhadap penguasa bahwa ada peristiwa besar yang terjadi di Rohingya.

Karakter seorang pancasilais tentulah tanggap dengan peristiwa seperti itu, berjiwa pancasila menjadi salah satu ciri seorang yang nasionalis. Pandangan hidup yang berlandas pada pancasila menjadikan bangsa yang beradab bagi Indonesia, bangsa adil dalam segala kebijakan dan ketentuan yang diberlakukan, dan tidak kalah penting, yakni bangsa yang bertuhan. Nilai kasih sayang, cinta damai akan terwujud jika sikap pancasilais ini benar dilakukan.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline