Lihat ke Halaman Asli

Analisis Return dan Profitabilitas Part 2: Nggak Sesimple Naikin Laba

Diperbarui: 23 Juni 2023   21:42

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Source: Pixabay (2021)

Hai, Financial Addict! Hari ini kita akan lanjutin pembahasan kita tentang Analisis Return dan Profitabilitas. Masih ingetkan apa bedanya return dan profitabilitas? Yup! Profitabilitas itu kemampuan perusahaan buat ngasilin laba, sedangkan kalau nentuin return itu, kita nggak bisa cuma liat labanya doank, tapi kita juga harus mempertimbangin berapa modal yang kita tanem. Kata "modal" ini bisa didefinisiin sebagai modal biasa atau aset operasi, tergantung buat ngitung returnnya, kita mau pake rasio RNOA atau ROCI. Buat yang kepo sama kedua rasio ini, bisa liat part 1 konten ini yang judulnya "Analisis Return dan Profitabilitas: Janji Gak Cuma Liat Laba" (Link: https://www.kompasiana.com/kesyaagnesmaria/6433e4424806a8737e790a83/analisis-return-dan-profitabilitas-janji-ga-cuma-liat-laba). Buat part 2 ini kita bakalan langsung ngebreakdown rasio RNOA.

Semua orang punya cerita kan? Nah, setiap rasio keuangan juga punya ceritanya masing-masing. Kita mulai dengerin ceritanya RNOA dulu yaa. Sesuai namanya, karena RNOA itu kepanjangan dari Return on Net Operating Asset, maka rasio ini pasti menandingkan komponen profitabilitas dengan rata-rata aset operasi bersih. Komponen profitabilitas apa yang dipilih? Pastinya NOPAT margin (net operating profit after tax atau laba operasi bersih setelah pajak) karena kan komponen asetnya kita pake aset operasi bersih, jadi biar sebanding azahh...

Source: Subramanyam (2014)

Kita bisa memisahkan rumus RNOA menjadi dua bagian, yaitu NOPAT margin (NOPAT/Penjualan) dikalikan dengan perputaran aset operasi bersih (Penjualan/Rata-rata aset operasi bersih). Biar ada gambaran, Financial Addict bisa liat breakdown rasionya di Exhibit 8.3 di gambar yang aku lampirin. NOPAT sendiri tersusun atas penjualan dikurangi dengan biaya-biaya, seperti HPP, beban penjualan, serta beban umum dan administrasi. Kalo penjualan kan cuma terdiri dari satu komponen, jadi udah nggak bisa dipisahin lagi. Nah, kayak yang kita bahas di part sebelumnya, aset operasi bersih adalah aset operasi dikurangi dengan liabilitas operasi yang berguna bagi perusahaan dalam menjalankan bisnisnya, bisa berupa aset lancar ataupun tidak lancar. Kalau yang lancar namanya working capital, terdiri dari kas, piutang, persediaan, aset operasi jangka pendek lainnya, dikurangi dengan hutang lancar dan akrual lainnya. Sementara, aset tidak lancar terdiri dari aset tetap, aset tidak berwujud dan aset operasi jangka panjang lainnya, dikurangi dengan pensiun dan imbalan pasca kerja lainnya, serta liabilitas operasi jangka panjang lainnya.

So, kalo kita mau ningkatin return apa yang harus kita lakuin? Betulll... Gunain aset seefektif mungkin, jadi perusahaan nggak perlu nyediain aset dalam jumlah berlebihan, sehingga angka perputaran (turnover)-nya tetep rendah. But, tau nggak sih Financial Addict, kalo kita bisa juga ngutang buat ningkatin return kita. Whattt??? Beneran kalian nggak salah denger kok, tapi utang apa dulu nihh... Utang bukan sembarang utang, tapi harus dalam bentuk liabilitas operasi karena utang jenis ini biasanya nggak memerlukan biaya. Misalnya kita menunda buat bayar utang ke pemasok, ampe pada titik tertentu masih nggak papa nih, si pemasoknya masih maklumin, tapi kalo kita telatnya buangettt nah ini yang bahaya bisa-bisa kita kena denda yang bakal nurunin profitabilitas kita, bahkan kalo pemasoknya udah kesel to the max, kita bisa jadi nggak akan disupply barang lagi. Logika itu yang coba digambarin oleh Subramanyam (2014: 171) dengan rumus:

RNOA = (NOPAT/Sales) x (Sales/Average OA) x (1+OLLEV)

Kita nemuin ada 2 istilah baru yaitu OA (operating assets) dan OLLEV (operating liability leverage ratio). Kan kalo NOA itu aset operasi dikurang liabilitas operasi, tapi kalo OA itu aset operasi aja. Loh kok tumben pake OA, dirumus-rumus sebelumnya kan kita pake NOA? Yah karena dibagian ini kita mau ngeliat efek dari liabilitas operasinya jadi kita pisahin dulu. Si liabilitas operasinya bakal masuk ke OLLEV yang rumusnya adalah liabilitas operasi dibagi NOA. Gampang yah mbayanginnya? Kalo liabilitasnya besar, otomatiskan NOA-nya turun dan perputaran aset operasinya jadi tambah besar, finally return kita naik dech.

Cee, kenapa buat ningkatin return kita nggak mau mainin bagian profitabilitasnya, bukannya lebih gampang ya ce? Hmm... Sekilas keliatannya gitu yah padahal kenyataannya lebih susah loh. Yuk kita bayangin ya misalnya kita pengen naikin profitabilitas dengan cara ningkatin penjualan biar perputaran aset operasi bersihnya naik. Tapi, disisi lain, hal ini bakal nyebabin NOPAT marginnya turun karena kan posisinya penjualan di NOPAT margin itu sebagai penyebut. Belum lagi kalo kita inget NOPAT itu kan penjualan dikurangin biaya. Jadi kalo penjualannya naik berarti gimana hubungannya sama RNOA? Gajelas, malah pucing.

Terus kalo kita nyobak cara yang kedua, dengan nurunin biaya-biaya, ini juga bakalan ribet. Misal kalian nurunin biaya pemasaran, which is masuk di kelompok biaya penjualan, nah pasti kuantitas penjualan pasti akan terpengaruh. Nda percaya? Tanya aja tuh sama anak marketing. Betul apa betul? Contoh satu lagi yahh, misal biaya penelitian dan pengembangan (R&D) kalian tekan. Nah, berarti produk kalian akan jadi nggak inovatif dan ada kemungkinan kalah saing sama kompetitor, akibatnya kuantitas penjualan juga pasti menurun. Efek-efek nggak langsung gini malah sulit buat diperitungin. That's why aku saranin jangalah kalian mainin sisi profitabilitas ntar yang ada malah ribet.

A. Pemisahan Komponen Laba

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline