Sejujurnya, saya tidak punya banyak pengalaman yang bersangkutam dengan bidang olahraga. Sejak taman kanak-kanak saya selalu diarahkan oleh Ibu saya untuk menjadi model atau hal-hal lain yang berhubungan dengan seni.
Saya dilatih mengikuti lomba fotogenic, modeling, dan bergabung dengan kegiatan seni. Menang dibeberapa perlombaan fotogenic dan modeling mulai dari juara tiga sampai juara satu sudah pernah saya raih. Saya juga pernah menjadi mayoret saat taman kanak-kanak. Sampai akhirnya saya menjadi siswa sekolah dasar.
Saya bergabung dengan esktrakulikuler tari, lebih tepatnya tari tradisional. Beberapa kali mengikuti perlombaan dan berhasil membawa pulang piala untuk sekolah. Rasa nyaman yang saya rasakan saat menari membuat saya menjadi enggan untuk mempelajari sesuatu yang baru.
Olahraga, misalnya. Saya tidak begitu tertarik. Kalau ibu saya bukan seorang guru senam, mungkin rasa ketertarikan itu sama sekali tidak saya miliki.
Namun, seiring berjalannya waktu sampai akhirnya saya duduk di bangku kelas 5 SD. Saya memilih mengikuti ekstrakulikuler selain seni tari, yaitu Karate.
Terdengar aneh, karena seperti yang saya tuliskan tadi saya tidak punya minat di bidang olahraga namun sekarang malah memilih bergabung dengan ekstrakulikuler karate. Alasannya?
Ya, Lagi dan lagi karena saya ikut-ikutan saja. Tetapi untuk kali ini keputusan mengikuti karate karena saya terinspirasi dari kakak laki-laki saya yang pada saat itu sudah mencapai sabuk coklatnya. Karate Gojukai, itu nama nya. Menurut penjelasan yang pernah saya baca, Goju memiliki arti keras-lembut.
Di Indonesia sendiri Karate Do-Gojukai didirikan oleh Setyo Hardjono pada tanggal 15 Agustus 1967 di Jakarta dengan berafiliasi pada Honbu Gojukai di Jepang. Aliran ini memadukan teknik keras dan teknik lembut, dan merupakan salah satu perguruan karate tradisional di Okinawa.
Sembari menggowes sepedah saya berangkat dari rumah ke sekolah setiap hari sabtu sore untuk berlatih. Lupa siapa nama pelatihnya, yang jelas beliau adalah seorang pria yang memiliki postur tubuh tinggi dan besar. Lalu, saya mengikuti latihan gabungan di hari minggu pagi setiap dua minggu sekali.
Di dalam Karate ada yang namanya sabuk. Sabuk ini memiliki beberapa tingkatannya sendiri, sesuai dengan kemampuan karateka. Sabuk putih atau Shirobi melambangkan kesucian, kemurnian, serta kehidupan yang baru. Sabuk ini dikhususkan untuk para pemula.
Ditingkatan kedua, sabuk kuning atau Kirodi melambangkan matahari. Dalam tingkatan ini mereka masih mempelajari bagian dasar dari karate, namun sudah bisa untuk mengikuti turnamen bagi tingkat dasar.