Lihat ke Halaman Asli

Sebuah Impian

Diperbarui: 25 Juni 2015   23:22

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Kemarin sore selepas bekerja, akhirnya aku berkesempatan mengunjungi perpustakaan yang ada di perusahaan ini. Itulah salah satu alasan mengapa aku memilih bekerja di sini, karena di sini ada perpustakaannya. Nyaman. Meski buku-bukunya tidak terlalu lengkap. Tapi setidaknya di sana ada novel dan buku-buku tentang agama juga tentang wirausaha. Aku menangis. Ya. Aku menangis melihat kumpulan buku-buku yang berjejer rapi dan manis sekali itu. Ada rasa yang membuncah. Seolah gunung merapi yang siap meletus. Andai aku tak malu sudah ku tumpahkan rasa itu di sana.

Setiap kali mendatangi toko buku atau perpustakaan, melihat jejeran buku baru. Dadaku bergejolak. Teringat kembali impianku untuk menjadi seorang penulis. Ya. Aku ingin menjadi seorang penulis. Memilih menjadi seorang penulis. Menulis kegiatan yang membuat imajiku menjadi nyata tak hanya jadi angan belaka. Dan menjadi seorang penulis membuatku menjadi seorang hamba yang bermanfaat bagi sesama.

Menuju kesana. Jalannya sedang kurajut. Ceritanya tengah kurangkai. Endingnya masih berlanjut dan tak akan pernah usai, kecuali jika raga telah berpisah dari nyawa. Semoga ALLAH berikan jalan menuju ke sana, amin.

Dapoer kata, 22 November 2011
Koki Kata
Elia Noviyanti




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline