Ning. Nama itu begitu istimewa bagiku. Penggalan nama yang diambil dari nama penaku "BenIng", nama pena yang hampir tenggelam. Namun kini ia bangkit lagi. Ning. Begitulah seseorang yang dahulu spesial itu memanggilku. Sementara aku memanggilnya dengan sebutan Ndut, sesuai dengan postur tubuhnya. Dia tidak marah hanya mengingatkan bahwa Rasullallah saja memanggil para sahabat dengan sebutan yang istimewa. Aku hanya tersenyum-senyum saat itu. Sejak itu aku lebih suka dipanggil Ning. Kini meski Ndut telah pergi dan tak lagi memanggilku Ning, aku tetap ingin dipanggil Ning oleh yang lain.
Ndut di mana pun ndut berada, terima kasih atas semua cerita yang pernah kita ukir bersama. Maaf ya Ning suka ngerepotin. Sekarang Ning benar-benar mau hijrah.
Maafin aku ya.
Untuk teman-teman kompasianer yang mau jadi temanku maaf ya belum dikonfirm, soalnya saya onlinenya lewat hp jadi aksesnya terbatas. Terima kasih.
Dapoer kata, 14 November 2011
Koki kata
Elia Noviyanti
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H