Lihat ke Halaman Asli

Priyadi

Menyukai buku

IKD dan Keamanan Siber yang Meragukan

Diperbarui: 17 Desember 2023   18:10

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Unsplash.com/Franck

Saya pernah apes. Saat mengendarai motor dengan istri di ruas jalan Solo-Sragen, seseorang menjambret tas selempang istri saya. Istri saya tidak langsung teriak "jambrettt!!!" atau apa begitu. Tapi dia menangis.

Aku memelankan motor, bertanya apa yang terjadi. Sambil terisak, dia mengatakan tasnya dijambret.

Lha! Piye ta iki?

Saya ingin mengegas motor, berniat mengejar penjambret. Niat itu saya urungkan. Selain karena beroncengan, motor saya juga bukan spek balap.

Akhirnya, saya memilih putar balik, bertamu ke kantor polisi terdekat dan membuat laporan menjadi korban tindakan penjambretan.

Di kantor polisi, pelayanan sangat baik. Kami berdua disuguhi teh anget sebelum dimintai keterangan. Pada akhirnya, saya dibuatkan surat keterangan tentang peristiwa tersebut.

Demi apa? Demi mengurus barang-barang "penting" yang ada di dalam tas seperti KTP, Kartu BPJS, Kartu RS dan kartu-kartu lain.

Dalam perjalanan pulang setelah peristiwa itu, istri saya masih sesenggukan. Meski saya sadar bukan orang yang humoris, tapi saya tetap berusaha menghiburnya dengan candaan.

Di perjalanan pulang itulah, sempat terbesit dalam pikiran "jika seandainya kartu-kartu itu digital."

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline