Ketika foto-foto tentang hasil home visit saya dan guru BK ke rumah I Kadek Mahardika pada hari Sabtu, 3 Februari 2018 saya perlihatkan kepada teman-teman sekelasnya, ditambah cerita saya tentang keadaan Mahardika yang sebenarnya kepada seluruh siswa kelas 8-H SMP Negeri 1 Abang, barulah mereka pada sadar dan terenyuh akan nasib teman mereka.
Hal itu jelas terlihat dari ekspresi raut muka para siswa yang masih terbilang lugu-lugu, sehingga tidak ada terbersit sinar mata kepura-puraan tentang perasaannya terhadap nasib temannya, I Kadek Mahardika.
Sebelum itu, ketika saya selaku guru dan wali kelas bertanya tentang atau terhadap Mahardika tentang kemalasannya hadir ke sekolah, sepertinya ada semacam cibiran atau perasaan kurang senang terhadap Mahardika. Mereka seakan memberikan vonis negatif terhadap Mahardika sebagai anak yang tidak baik, malas, atau hal-hal negatif lainnya.
Namun, foto-foto yang saya perlihatkan dan alamat web kompasiana terkait tentang tulisan saya yang berjudul: "Kisah Home Visit Seorang Wali Kelas" yang bercerita tentang keadaan Mahardika yang sesungguhnya, barulah semua temannya sadar dan terhenyuh hatinya sepertinya turut merasakan penderitaan dan kepedihan yang dialami Mahardika, sahabatnya.
Dan, pada hari Sabtu, 11 Februari 2018 anak-anak kelas 8-H menemui saya, menyampaikan maksud bahwa mereka berniat berdonasi secara sukarela kepada Mahardika. Selaku wali kelas, saya merasa terenyuh dan sekaligus bangga dengan niat dan gagasan dari anak-anak berusia belasan tahun yang sudah memiliki kepekaan sosial dan kepedulian antar sesamanya.
Sungguh ide dan tindakan yang luar biasa. Lalu mereka pun mengumpulkan uang untuk memberikan bantuan kepada Mahardika bersama teman-teman sekelasnya. Dalam laporannya kepada saya, mereka sepakat untuk memberikan sumbangan sembako sekadarnya kepada Mahardika. Niat tulus dari anak-anak tersebut lalu saya berikan pujian, tetapi saya berikan alternatif lain agar uang yang telah terkumpul sebaiknya diberikan sumbangan berupa alat-alat keperluan sekolah yang belum dimiliki oleh Mahardika.
Saran saya dituruti. Mereka lalu membelikan Mahardika alat-alat kebutuhan sekolah yang memang belum dimiliki oleh Mahardika, seperti: LKS, buku tulis, bolpoint, penggaris, kacu, dasi, sampai kaos kaki. Hal itu bertujuan agar Mahardika menjadi lebih rajin hadir ke sekolah, dan tidak menjadikan ketidaktersediaan sarana sekolah sebagai alasan malas sekolah.
Upaya tersebut nampaknya membuahkan hasil. Selasa, 13 Februari 2018 anak-anak kelas 8-H yang diwakili oleh pengurus kelas (Krisna dan Suci) menyerahkan bantuan tersebut secara langsung di kelas di hadapan saya selaku wali.
Mahardika dengan malu-malu namun sedikit sumringah menerima bantuan rekan-rekannya tersebut. Kepadanya (Mahardika) saya berpesan agar rajin-rajin masuk ke sekolah, dan agar menyampaikan terimakasih kepada rekan-rekannya yang sudah memperdulikannya. Saya sampaikan kepada mereka semua, bahwa mereka adalah saudara, berbagilah sedikit jika ada saudara kita yang kekurangan dan bermasalah. Semua siswa nampak paham dan mengangguk. Sebagai pertanda mungkin sependapat dengan apa yang saya sampaikan.
Jika dikaitkan dengan penguatan karakter bangsa diharapkan melalui budi pekerti dan pembangunan karakter peserta didik sebagai bagian dari revolusi mental untuk mewujudkan generasi yang berkepribadian dalam kebudayaan.
Penguatan pendidikan karakter pada anak-anak usia sekolah pada semua jenjang pendidikan untuk memperkuat nilai-nilai moral, akhlak, dan kepribadian peserta didik dengan memperkuat pendidikan karakter yang terintegrasi ke dalam mata pelajaran.