Pertandingan Liga 1, antara Persib kontra Persija yang dilaksanakan pada Minggu (23/9) lagi-lagi diwarrnai kericuhan hingga menewaskan satu nyawa suporter Persija, Haringga Sirla. Kejadian na'as tersebut terekam dalam sebuah video berdurasi 3 detik yang menayangkan aksi pengeroyokan oleh sekelompok Bobotoh dengan jersey biru (fans Persib, red.) viral di sosial media. Tempat kejadian perkara terjadi di Gerbang Biru area parkir utara Stadion Gelora Bandung Lautan Api (GBLA) pukul satu siang, bahkan sebelum peluit pertandingan Persija melawan Persib dimulai.
Berdasarkan liputan dari NET 86, sebelumnya sudah terdapat kericuhan dari suporter yang tidak memiliki tiket dan memaksa masuk untuk menonton pertandingan. Pagar stadion sampai jebol dibuatnya. Korban yang merupakan suporter Persija, ketika itu akan memasuki lapangan stadion, hingga kemudian diketahui oleh beberapa Bobotoh, dan diseret keluar.
Korban dianiaya menggunakan pukulan tangan, tendangan, senjata tajam, benda tumpul seperti balok kayu, beling, di sekujur tubuhnya, terutama bagian kepala. Pada video yang beredar, terlihat Haringga sempat meminta pertolongan pada tukang bakso yang sedang berjualan, namun dirinya tetap diseret oleh sekelompok pelaku. Penganiayaan baru berakhir setelah polisi menembakkan gas air mata pada kerumunan tersebut.
Berdasarkan video yang beredar, anggota Satreskrim Polrestabes Bandung melakukan penelusuran sekelompok terduga pelaku di area GBLA, lalu melakukan penyisiran, hingga mengamankan 16 orang diduga tersangka untuk diperiksa secara intensif. Delapan diantaranya kemudian ditetapkan sebagai tersangka pengeroyokan. Hasil rekaman kamera CCTV stadion juga digunakan sebagai data tambahan untuk mengidentifikasi pelaku.
Isak tangis keluarga pecah menyambut datangnya kedatangan jenazah Haringga. Keluarga Haringga Sirla mengaku tak menyangka dan terpukul akan kepergian korban, karena terakhir kali korban meminta izin pergi ke Bandung untuk menemui seorang kawan. Jika keluarga mengetahui tujuan asli Haringga ingin menghadiri pertandingan keramat tersebut, mungkin izin tak akan diberikan. Namun apadaya, takdir telah digariskan, maut tak dapat terhindarkan. Ibu dari Haringga, Mirah, meminta agar pelaku pengeroyokan diberi hukuman yang seberat-beratnya.
Kejadian fanatisme klub sepakbola lokal kerap menodai sportivitas dan kemeriahan pertandingan. Terkhusus pertandingan antara Persib dan Persija yang dinilai angker karena seringkali menimbulkan korban jiwa akibat dendam yang tak berkesudahan. Haringga menjadi korban ke-7 yang tewas dalam sejarah pertandingan Persija melawan Persib. Kejadian seperti ini seharusnya dapat dijadikan pelajaran sejak pertama terjadi kerusuhan. Menurut Eko Noer Kristiyanto, Peneliti Hukum Olahraga, hal seperti ini dikarenakan belum adanya solusi konkret dan substansial untuk membasmi kebencian yang mengakar.
Bila seluruh aparat telah dikerahkan dan keamanan telah diperketat, namun tetap saja berujung kericuhan yang menelan nyawa, tentu ada hal mendasar yang luput dari mata, yang perlu dievaluasi secara mendalam. Perlu adanya regulasi yang tegas akan otoritas permainan sepakbola dan komunitas suporter. Selain itu, menurut Sigit Rochadi, Sosiolog Universitas Nasional, para pelaku sudah mengabaikan norma sosial dan terlarut dalam emosi. Fanatisme terhadap klub membawa ke arus yang salah, justru menimbulkan kebencian terhadap pihak lain. Oleh karena itu, suporter harus dibina dan diberdayakan oleh klub, agar tidak melampaui batas.
Kebencian dan fanatisme yang berlebihan harus segera disudahi, karena mencederai norma sosial, serta merusak persatuan dan kesatuan bangsa Indonesia yang seharusnya menjunjung tinggi persaudaraan. Sudah cukup nyawa anak bangsa direnggut oleh anarkisme fans fanatik. Lebih baik tidak ada liga jika harus merenggut nyawa.
-Qotrunnada Fithrotunnisa-
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H