Lihat ke Halaman Asli

Aku Rindu Bulan

Diperbarui: 24 Juni 2015   02:36

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

Mentari...
Sinarnya memberikan kehidupan...
Daun berwarna hijau karenanya...
Bumi menjadi terang karenanya...
Cinta...
Kasih sayang...
Seperti matahari ia juga memberikan kehidupan...
Menjadikan hidup itu berwarna...
Menjadikan hidup ini terang benderang...
Tapi...
Apa yang terjadi saat sepanjang hari matahari memancarkan sinarnya..?
Apa yang terjadi saat cinta bertubi-tubi diberikan..?
Adalah kehidupan yang tanpa warna yang akan tercipta...
Daun tak lagi hijau warnanya...
Hidup tak lagi penuh dengan warna...
Yang kita sadari hidup ini memerlukan cinta, seperti kita memerlukan matahari...
Tapi tanpa hujan bumi ini akan kering...
Tanpa pengertian hidup ini akan kering...
Seperti air laut, begitulah matahari dan cinta dalam benakku...
Air laut itu tidak terbatas jumlahnya, seberapa banyak yang meminumnya tidak akan pernah habis...
Tapi...
Apakah air laut akan serta merta menghilangkan dahaga...?
Tidak...
Kita hanya akan merasakan dahaga dan dahaga...
Tanpa kita sadari perut kita telah penuh dengan air laut...
Dan kemudian kita akan mati dalam dahaga...
Cinta tanpa pengertian seperti 24 jam kehidupan hanya ada matahari tanpa bulan...
Mata akan terasa panas, kulit akan terbakar, tanaman tak lagi bisa berbuah, rambut akan mengering, angin tak lagi menyejukkan...
Dan pada saat itu kita akan berbondong bondong bersembunyi dari sinar matahari, yang dulunya memberikan kehidupan...
Kita akan muak dan mencari perlindungan dimana kita tidak lagi merasakan sinar matahari itu...
Kita akan sangat merindukan bulan...
Saat itu kita tidak lagi membutuhkan matahari...
Dalam benakku cinta yang berlebihan seperti disodori air laut...
Tak sedikitpun mengurangi dahaga...
Dan pada akhirnya aku akan mati karena air laut yang memenuhi perutku kemudian masuk kedalam paru - paruku...
A_A

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline