Lihat ke Halaman Asli

Konflik Suku Dani-Moni, Konflik Paling Lucu di Papua

Diperbarui: 24 Juni 2015   00:32

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Bulutangkis. Sumber ilustrasi: PEXELS/Vladislav Vasnetsov

Sudah hampir sebulan perang dua kelompok, antara kelompok suku Moni dan suku Dani berlangsung di kabupaten Mimika Papua yang konon katanya kedua kelompok suku tersebut dimotivasi oleh perebutan lahan irigasi yang berada di jalan trans Mimika-Paniai.  Korban jiwa berjatuhan di antara dua kelompok tersebut dan lain-lain mengalami luka-luka yang jumlahnya sudah melebihi dari seratus orang. Namun hingga kini belum ada tanda-tanda akan selesai atau terjadi pendamaian di antara dua kubu tersebut.

Secara teritori budaya, perang atau konflik tersebut sangatlah lucu jika saya melihat konflik ini. Dikarenakan salah satu kelompok yang melakukan konflik yaitu suku Dani sebenarnya sangatlah tidak pantas melakukan perebutan wilayah yang sedang terjadi hingga hari ini. Mengapa demikian ? Kabupaten Mimika sendiri hanya dimiliki oleh dua suku asli yaitu suku Amungme yang mendiami daerah dataran tinggi(pegunungan) dan suku Kamoro yang mendiami daerah dataran rendah (pantai)saja.  Sedangkan suku Dani sendiri merupakan suku asli yang berada di pinggir sebelah utara Kabupaten Mimika. Wilayah dari suku Dani berada bersebelahan dengan suku Amungme di daerah pegunungan sana.

Kelompok suku Dani yang sedang bertikai dengan suku Moni, memang sudah mendiami wilayah Utikini Baru kurang lebih 16-17 tahun di sana. Padahal sebelum ada Utikini Baru, daerah asal mereka yaitu kampung Utikini sendiri berada di daerah pegunungan sana yang merupakan daerah asli asal suku Dani ini sendiri.
Migrasi besar-besaran yang terjadi akibat dari aktivitas PT Freeport Indonesialah yang mengakibatkan mereka dipindahkan ke dataran rendah yang sekarang Utikini Baru. Yang secara teritorial adat merupakan tanah atau wilayah suku Kamoro. Dengan alasan bahwa di kampung asal mereka(Utikini) tidak ada pekerjaan dan tidak memungkinkan untuk mereka hidup lagi serta PT Freeport Indonesia sendiri tidak bisa mempekerjakan mereka karena mereka tidak punya skill. Sehingga dengan bantuan pemerintah kabupaten Fak-Fak(Karena saat itu Mimika masih masuk dalam wilayah kabupaten Fak-Fak hingga 1998), maka suku Dani dengan kata lain turun ke bawah agar memiliki kehidupan yang layak.

Perebutan yang sedang terjadi saat ini, seharusnya yang pantas ribut yaitu suku Kamoro dan suku Moni. Karena Suku Moni yang berada di sebelah barat Kabupaten Mimika merupakan suku asli pemilik wilayah di sana yang bertetangga di sebelah timur yaitu suku Kamoro.

Mengapa hingga hari ini, konflik kecil ini dibiarkan berlarut-larut oleh PT Freeport Indonesia dan pemda kabupaten Mimika ?? Apa kalian menunggu jatuh korban terus bertambah banyak baru dilakukan pendamaian? Di satu sisi, keberadaan aparat kepolisian sudah tepat di sana, namun aparat tidak tegas dalam menangani masalah ini di lapangan. Pemerintah dan perusahaanpun hanya diam tanpa punya upaya menyelesaikan masalah ini. Padahal mereka (Pemda & PT Freeport Indonesia)lah yang mengakibatkan masalah ini muncul. PT Freeport sebagai eksekutor dan pemda sebagai pemberi wilayah pemukiman harus secepatnya menyelesaikan masalah ini. Karena batas-batas wilayah yang boleh dipakai oleh suku Dani di Utikini Baru hanya pemda sendiri yang tahu.

Jika masalah ini tidak sesegera diselesaikan maka lebih baik PT Freeport Indonesia angkat kaki saja dari bumi Mimika. Karena hanya mengakibatkan pertumpahan darah antara masyarakat yang menakibatkan konflik horisontal antar masyarakat.  Dimana andil kalian ??

Kami masyarakat Mimika mengharapkan kalian segera menyelesaikan masalah ini.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline