PSHT merupakan organisasi bela diri yang mahsyur dan terkenal sampai ke luar Indonesia. Namun siapa kira organisasi bentukan Ki Hadjar Hardjo Oetomo pada tahun 1922 ini mulai terlihat bergeser visinya dari organisasi mulia untuk mengajarkan seni bela diri, menjadi Ormas yang memiliki kekuatan massa serta melakukan kegiatan kekerasan.
Seperti dilansir pada url: https://www.google.com/amp/s/m.liputan6.com/amp/5037671/mengenal-apa-itu-psht-dan-fakta-bentrok-dengan-warga-di-malang, terjadi aksi kekerasan oleh oknum anggota PSHT yang tertuju pada masyarakat umum. Ketua Umum PSHT Pusat Madiun Moerdjoko dinilai tidak bisa mengatur PSHT menjadi organisasi yang dibanggakan masyarakat, malah menjadi organisasi vigilantisme yang sebelumnya tidak terjadi pada masa ketua-ketua umum sebelumnya termasuk Taufiq.
Kunjungan Panglima TNI Andika Perkasa ditengah maraknya aksi vigilantisme oleh PSHT menimbulkan tanda tanya besar, apakah isu Andika yang sedang mengumpulkan massa untuk Pemilu mendatang hingga rela mengorbankan datang ke kegiatan PSHT, dimana kejelasan hukuman bagi pelaku kekerasan oleh PSHT belum terungkap secara transparan ke media untuk diketahui masyarakat umum tentunya.
Masyarakat sudah lelah dengan aksi Ormas baik itu yang mengatasnamakan demi rakyat dan lainnya tetapi akhirnya malah menggunakan kekuatan massa untuk menguasai daerah hidup masyarakat itu sendiri.
Penulis berpendapat sebagai pimpinan lembaga negara alangkah bijak bagi Andika untuk menunda dahulu audiensi hingga PSHT mengevaluasi diri menjadi lebih baik sehingga tidak memunculkan spekulasi adanya backing bagi organisasi PSHT tersebut untuk melakukan tindakan sewenang-wenang kepada masyarakat.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H