Setiap pagi aku mulai menelusuri jalan ibukota, suara ayam berkokok udah tak ku dengar lagi, jalanan yang becek dan penuh lumpur sudah tak ku temui lagi
Membawa sebakul makanan yang ku gendong di pundak walaupun rasa nyeri masih berdiam di sendi-sendi tulangku
Asap kendaraan sudah menjadi teman perjalananku, apalagi asap yang keluar dari mulut orang sambil membeli daganganku, sudah menjadi pelengkap rasa
Jika matahari sudah mulai mengantuk, aku pun mulai bergegas merapikan sisa daganganku dan mulai berjalan melewati jalan yang sama.
Usiaku sudah tak muda lagi, berjalan saja sudah tertatih, sakit di punggung sudah bertahun-tahun. Melihat mereka yang belia masih bisa tertawa dan bercanda, membawaku kembali di masa itu namun mereka lebih beruntung
Ah sudahlah tak baik mengingat terus masa lalu, masa lalu tinggallah masa lalu, ingatlah hari ini untuk dapat berjuang di masa depan.
Aku tak hidup seorang diri, ditemani berbagai kenangan manis keluargaku yang sudah tiada akibat perang melawan penjajah, bukan penjajah di masa lampau tapi penjajah yang mengambil hak orang, yang membungkam dengan uang dan memaksa mengakuinya sebagai milik pribadi mereka.
Aku hanyalah aku yang hanya menunggu akhir hidupku untuk berkumpul dibaringkan di sebelah orang yang kucintai.
#nulisituasik#penulis#nulisajadulu
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H