Lihat ke Halaman Asli

M Bayu Dwi Saputro

Seorang debt collector

Yang Hilang

Diperbarui: 16 Desember 2024   23:09

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Yang Hilang (Ilustrasi oleh: Endy Setiawan)

Sebuah bus eksekutif jurusan Jogja-Lampung melaju di jalanan yang berkelok. Matahari sudah mendekati cakrawala. Cahayanya sedikit terhalang pepohonan di pinggir jalan sehingga menimbulkan efek diafan.

Alfath duduk di kursi penumpang paling depan. Enam tahun lamanya dia tidak pulang ke Bandar Lampung. Di tahun 2020 lalu, dia tidak bisa pulang karena pandemi covid-19. Wisudanya juga dilakukan secara online. Di tahun itu juga orang tuanya bercerai. Dia memutuskan untuk tidak pulang dan bekerja sebagai jurnalis di salah satu media surat kabar lokal di Jogja selama dua tahun terakhir.

Dia mendekatkan wajahnya pada kaca jendela yang berembun. Pepohonan melesat. Memicu kelebat kilas-balik dalam benaknya: Kamarnya yang penuh dengan buku-buku serta miniatur kapal layar dan globe yang mungkin sekarang sudah berdebu; ruang makan yang selalu tersedia sayur atau tetumisan serta lauk. Sekarang ruangan itu pasti sepi tanpa hidangan lezat karena orang tuanya sudah tinggal di rumah pasangan barunya masing-masing; warung Bude, tempat tongkrongan favoritnya bersama teman-teman SMA yang mungkin sudah menjadi markas pelajar SMA generasi naru yang tidak dia kenali. Hanya sedikit benda-benda penyimpan kenangan yang dia miliki sekarang. Tapi kenangan itu yang akan selalu dia jaga. Sesuatu yang sedikit lebih mudah dipertahankan.

Sopir bus mengambil sebuah kaset lalu memasukkannya ke dalam tip.

Alfath mendesah. Berharap paling tidak yang akan diputar itu lagu-lagu lawas. Meski tidak terlalu suka, itu lebih baik ketimbang musik DJ organ.

Suara perempuan mendeham. Suara itu berasal dari speaker bus. "Le Petit Prince, Antoine De Saint-Exupery." Kata suara dari speaker itu. Ternyata yang diputar Si sopir itu adalah audio-book. Alfath mengenali novel itu. Dia sudah beberapa kali menamatkannya. Dia menyandarkan kepalanya pada sandaran kursi, mematung sambil melirik Si sopir.

Sopir itu pria berusia antara 35 sampai 40-an atau lebih. Bahunya bidang, tubuhnya cukup atletis namun perutya agak buncit. Bentuk rahangnya tegas dan brewokan. Dia menangkap keheranan Alfath melelui spion tengah, tersenyum, lalu kembali memperhatikan jalan.

Alfath tidak melepaskan pandangannya.

"Sampean tahu buku ini, Mas?," tanya Si sopir sambil tetap fokus pada kemudi.

Sejenak, Alfath tidak menyadari bahwa Si sopir sedang bertanya kepadanya. Tapi Si asisten sopir sedang di buritan. "Oh, saya? Ya, saya pernah baca buku ini."

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline