Lihat ke Halaman Asli

Penalaran Logis dari Kandasnya Suatu Hubungan

Diperbarui: 23 Maret 2022   21:16

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ilustrasi patah hati. (sumber: Shutterstock via kompas.com)

Semua berpotensi mengalaminya, hanya prosesnya saja yang berbeda. Menaruh hati pada seseorang, tidak selamanya berujung baik. 

Apalagi menggantungkan kebahagiaan padanya. Namun, tidak terbuai juga sulit dilakukan. Cinta dan kasih memang selalu menjadi bagian hidup yang paling sulit dijelaskan secara struktural.

Proses ini awalnya tidak mengenakan. Hingga akhirnya, rasa marah, kecewa, dan sedih, sampai di tahap perenungan dan penerimaan. Inilah kumpulan penalaran logis dari sebuah perjalanan cinta dan kasih yang kandas.

Cintailah secukupnya, bukan seutuhnya

Menemukan sosok yang sejalan memanglah sebuah dambaan; tidak perlu repot mencari topik obrolan harian serta mendapat dukungan penuh atas apa yang dimimpikan. 

Didukung pernyataan sikap dan komunikasi baik akan sebuah arah hubungan yang jelas. Sayangnya, saya lupa untuk mawas dan memberi hak untuk mengapresiasi diri. 

Bahwa akan selalu ada tahapan pelarian, perbandingan, dan seleksi yang dilakukan oleh seseorang dalam hidupnya.

Konfirmasi itu diperlukan

Kasmaran, memang membuat siapa saja menjadi senang bukan kepalang. Seringkali kita abai dengan nasihat logis dari pihak luar, akibat terbuai dengan sikap dan beberapa ungkapan. 

Hingga tak jarang kita terjebak pada situasi membingungkan; friendzone, hubungan tanpa status, dan pertemanan eksklusif. Pertemanan lawan jenis agaknya memang menantang. Sulit rasanya menampik untuk nihil berharap---atau mendamba tujuan lain. Itulah kenapa, konfirmasi diperlukan. 

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline