Lihat ke Halaman Asli

Terima Kasih 2020: Penutup - Tentang Teater

Diperbarui: 19 Desember 2020   20:32

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

9gag

Pergantian tahun sebenarnya biasa saja. Tapi, saya yakin akan banyak tulisan bagus di akhir tahun 2020---karena atau tanpa adanya pandemi. Mungkin, beberapa orang yang saya kenal---juga sedang menyiapkan tulisan untuk dipublikasikan akhir tahun melalui caption instagram, blog, ataupun notes di facebook. Dan saya tidak sabar untuk membacanya.

Tulisan saya tidak bagus. Oleh karena itu, saya menulis sekarang. Agar akhir tahun---fokus saya dalam merancang konsep kegiatan dan pendataan siswa baru tidak terganggu. Sekaligus melengkapi bagian satu dan dua sebelumnya.

Fluktuasi! Itulah penggambaran tahun ini. Banyak sekali hal mengejutkan yang tidak sesuai pada tempatnya. Mulai dari mimpi, harapan saya terhadap seseorang, rencana studi lanjutan, dan rute petualangan. Sampai saya sering dikatai: perempuan malang.

Saya ingin sekali menggerutu dengan istilah "menghabisi waktu". Tapi, bagaimana jika Hanin membaca? Ia pasti tidak suka---jika suatu hal yang tidak sesuai, dianggap sebagai penghabisan waktu. Ia lebih suka hal itu dinamai sebuah proses belajar. Begitu pesannya pagi itu, di Stasiun Tugu.

Hanin adalah orang yang saya temui secara tidak sengaja di Yogyakarta. Ketika sedang menonton sebuah Teater di Taman Budaya awal tahun 2019. Ia juga yang memberi penginapan, ketika saya terkatung di Yogyakarta dan menemani menyantap soto angkringan sambil menghabisi malam di Malioboro.

Beruntungnya, Hanin bekerja di Jakarta. Sehingga, sebelum pandemi---kami sering menonton teater hingga larut malam. Taman Ismail Marzuki, Gedung Kesenian Jakarta, Gedung Kesenian Mis Tjitjih, dan Ciputra Artpreneur adalah tempat langganan ketika akhir pekan---minimal sebulan sekali. Teater, membuang rasa letih kami akan peradaban dunia.

Sementara waktu, saya tidak bisa menikmatinya. Teater, satu-satunya pengharapan untuk meneriaki keadaan. Tutup sementara dan dialihkan menjadi pertunjukan virtual---yang kurang menarik bagi saya. Tidak ada bunyi gong. Tidak ada gelap, ketika lampu dimatikan. Tidak ada sorot lampu yang membuat silau. Tidak ada selebaran brosur yang bisa dibaca. Dan tidak ada: penyembuhan.

Dibanding tahun 2019. Tahun 2020, semestinya tidak terlalu buruk. Melihat beberapa capaian yang membanggakan. Tapi, kenapa saya masih babak belur dan tidak bisa mengatasinya? Sepertinya, perlu mencari cara untuk melarikan diri---selain menonton Teater di tahun yang akan datang.

Agar, kepayahan ini tidak terulang...

Re
Depok, 19 Desember 2020




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline