Lihat ke Halaman Asli

Putri Dita

Fulltime jobseeker | Parttime Writter

Cerpen: Nyai

Diperbarui: 29 Juli 2021   22:44

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Tepat hari ini adalah hari kelahiran ku, 19 April 1991. Tanggal tersebut terlihat biasa saja bukan ? selain angka 1 dan 9 tidak ada hal menarik lagi didalamnya. Tapi, entah mengapa aku selalu diyakin kan oleh seseorang bahwa tanggal itu merupakan tanggal yang spesial. 

Entah bagi ku atau baginya. Bagi sebagian orang, pada era digital dan serba modern seperti ini, hal-hal yang berbau mistis akan dianggap tabu dan hanyalah sebuah lelucon masa kanak-kanak. Namun tidak bagi ku. Pagi ini, aku terbangun karena sebuah sentuhan halus terasa mengusap pipi ku. Seperti usapan ibu dulu yang selalu membangunkan ku untuk sholat shubuh berjamaah di masjid. Dan ibu ku telah meninggal 15 tahun lalu.

Aku sudah terbiasa dengan hal itu. Aku segera bergegas merapihkan tempat tidur, mandi, memakai kaos dan celana jeans kesukaan ku, dan segera bergegas keluar kamar. Saat-saat ini lah yang selalu membuat ku penasaran. Ada makanan apa lagi diatas meja ? Semenjak 3 bulan yang lalu, makan tidak pernah teratur. Lupa srapan, lupa makan siang, lupa makan malam. 

Aku terlalu sibuk berkegiatan. Sampai akhirnya aku jatuh sakit, sampai-sampai harus dirawat selama 3 hari. Dan setibanya aku di apartemen, sudah ada berbagai macam makanan dan buah terhidang di meja makan. Mulai saat itu 2 bulan yang lalu sampai saat ini. Baik pagi maupun malam, meja ku selalu penuh dengan makanan. Pagi ini, ada semangkuk bubur dan buah apel diatas meja.

Aku mengambil bubur dan apel itu. Membawanya keluar, dan kuberikan pada seorang wanita tua yang setiap hari duduk di depan apartemen ku untuk meminta-minta. 

Sejujurnya, semua makanan yang ada tiba-tiba di meja makan ku tak pernah aku makan sedikit pun. Aku selalu memberikanya pada wanita tua itu. Dan dia menerimanya secara sukarela. Saat aku berumur 3 tahun, tepatnya 24 tahun yang lalu. Aku bertemu dengan seorang wanita cantik. Kira-kira saat itu umurnya 25 tahun. Dia memakai kebaya yang sama tuanya dengan kebaya yang dipakai nenek ku. Dia sering mengajak ku bermain dan aku senang karenanya.

Saat waktu-waktu kosong aku selalu menemuinya. Dia selalu menunggu ku disebuah pohon besar yang ada dekat rumahku. Sejujurnya dia selalu ada dimana mana. Saat aku sedang berpergian jauh dengan keluargaku, dia selalu ada. Di jalan, di teras rumah, di dalam angkutan umum, dan dimana pun tempat yang aku kunjungi. Dia selalu tersenyum dan melambaikan tangannya pada ku.

Aku tidak pernah tau namanya. Dia tidak pernah mau memberi tahu ku namanya. Pernah aku menanyakan tentang wanita iu kepada ibu dan nenek.

" bu. Ibu tau gak nama orang yang selalu main sama aku ?"

"yang mana sayang ? temen kamu kan banyak." ibu menusap kepalaku sambil berjongkok menghadapiku.

" itu loh bu. Perempuan yang rambutnya panjang, bajunya sama kaya kebaya nenek, dia suka nunggu aku dipohon itu." kataku sam bil menunjuk phon tempat kami sering bertemu. Ibu dan nenek ku serentak melihat ke arah yang ku tunjuk.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline