[caption caption="Ganjar Pranowo (foto mama kenzi)"][/caption]Nama Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo tiba-tiba muncul dalam bursa Calon Gubernur DKI Jakarta. Entah siapa yang memulai menghembuskan perbincangan tersebut, yang jelas belum ada pernyataan resmi dari DPP PDIP terkait hal ini. Namun, Ganjar seperti yang dilansir banyak media menyatakan akan berhitung dulu jika dicalonkan. Bisa jadi ikut dalam bursa bisa jadi tidak bergantung keputusan DPP PDIP.
Pernyataan Ganjar ini tentu bisa mengindikasikan bahwa orang nomor satu Jateng ini cukup diperhitungkan oleh PDIP bisa melawan Ahok di Pilgub DKI 2017 nanti. Namun jika benar PDIP merekomendasikan Ganjar nantinya, siap-siap saja menelan kekalahan. Ganjar tidak marketable, tidak kemedol di Jakarta. Apa sebab?
Pertama kultur masyarakat DKI berbeda dengan masyarakat Jateng. Jakarta lebih heterogen. Kemenangan Ganjar di Jateng lebih banyak karena dukungan massa dan mesin politik PDIP. Jateng adalah kandang banteng. Siapapun sosok yang diusung PDIP di Jateng kemungkinan besar akan menang. Dulu banyak pihak yang menyangsikan Ganjar menang di Pilgub Jateng, karena PDIP lebih memilih Ganjar dibanding Rustriningsih. Toh nyatanya Ganjar bisa menang mengalahkan rival-rivalnya.
Kedua Ganjar belum memiliki prestasi yang spektakuler selama memimpin Jateng. Tidak ada prestasi yang luar biasa dan perubahan yang signifikan sejak Jateng dipimpin oleh Ganjar. Lelang jabatan, tidak begitu mulus. Hanya pejabat-pejabat eselon III ke bawah yang dilelang. Pun hanya di awal-awal kepimpinannya. Selebihnya ya kembali ke jaman sebelumnya, Dia tidak mampu melawan adat yang sudah mengakar di dalam birokrasi.
Gebrakan sidak di jembatan timbang? Semua sudah mahfum itu hanya action saja untuk meningkatkan citra di mata publik. Lainnya, tidak ada yang baru. Stylenya sama sekali berbeda dengan Ridwan Kamil, Tri Rismaharini, apalagi Ahok.
Ketiga Ganjar tidak memiliki taste Jakarta. Ganjar adalah orang jawa tulen. Yang masih menjunjung ewuh pekewuh. Orang dengan type seperti ini akan dihabisi lawan-lawan politik jika memimpin Jakarta. Apalagi ia tidak punya basis massa riil di Ibukota.
Saran saya, tetaplah di Jawa Tengah Mas Ganjar. Masih banyak hal baik dan lebih bermanfaat yang harus dilakukan di sini. Wislah, nek ditenani Jateng mesti luwih gayeng. Kalah dadi wirang menang ora kondang. Wis
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H