Berdagang dan berwirausaha bukanlah hal yang mudah dan bisa dilakukan semua orang. Meskipun orang tersebut memiliki suatu ketertarikan untuk berjualan, tetapi pada dalam diri seseorang tersebut tidak ada niat dan jiwa berdagang maka bisa jadi tidak berumur panjang bisnis tersebut. Berdagang bukanlah hanya sekedar berbekal keinginan dan niat saja, melainkan juga harus mampu untuk membaca peluang, dan menginovasi barang dagangannya, selain itu juga harus mampu untuk mempertahankannya. Saat ini banyak orang yang berbisnis hanya sekedar mengikuti orang lain dengan menihat tren yang ada saat itu, tetapi disaat ada sedikit kendala dan masalah tidak mampu menghadapinya dan akhirnya berhenti melakukan kegiatan tersebut.
Tetapi tidak untuk wanita berjilbab pedagang konveksi satu ini. Ia mulai mengawali berdagang setelah ia menikah, tepatnya ditahun 1995. Saat itu ia berkeinginan untuk memanfaatkan bedak atau toko milik orang tuanya yang sudah tidak terpakai di pasar. “Kala itu saya memulai berdagang dipasar saat hamil muda, keadaan saat itu masih sering rewel dan masih suka nyidam ini itu. Tetapi saya bertekat kuat untuk memulai berdagang dari awal untuk menambah penghasilan keluarga, kerena saya ingin membantu ibu membiayai ketiga adik saya.” tegasnya ibu Yuli
Bu yuli memulai berdagang dipasar dengan menjual alat-alat konveksi. Mungkin saat itu masing memang masih asing pedagang yang berjualan konveksi. “Dipasar singosari waktu itu cuman ada dua toko mbak yang menjual peralatan jahit, sedangkan para penjahit terkadang mencari peralatan konveksi hingga ke Malang. Melihat sekmentasi saat itu saya dan suami berinisiatif untuk menjual alat konveksi saja, meskipun saya sendiri sebenarnya kurang begitu tahu mengenai konveksi”. Ujar bu Yuli saat bercerita.
Hari demi hari bu Yuli melakoni dagangannya tersebut, dan semakin banyak pembeli dan pelanggan yang berdatangan. Pahit manis berjualan juga sudah merasakan, dimana ada pembeli yang hanya menipu saja, kemudian juga ada pembeli yang membayar dengan uang palsu. “gak tau saya mbak maksud orang-orang itu apa kok ya tega beli pakai uang palsu, terus ada pembeli dengan membeli berbagai kain keras dan busa yang sudah saya potong sesuai permintaannya eh ternyata gak jadi dibeli.
Ya sempet gak enak hati saat ada pembeli yang kayak gitu tapi mau gimana lagi kalau memang itu bukan rezeki. Ya semoga saja orang-orang yang seperti itu segera sadar dan tidak berbuat seperti itu lagi. Bahkan sekarang kan sudah mulai banyak toko yang menjual alat konveksi mbak, dan saya yang udah lama jualan kayak gini malah dibilang meniru menjual beberapa barang dagangan toko lain itu, padahal pemilik toko itu dulu pelanggan saya.” Cerita bu Yuli
Dengan adanya kendala dan masalah tersebut semakin membuat ibu Yuli tertantang mengembangkan dagangnnya. Bukan lagi hanya menjual alat konveksi dipasar, malainkan mulai melebarkan sayap berdagang dengan menitipkan barang peralatan sekolah dan perlengkapan bayi di toko adiknya. Selain itu ibu Yuli juga masih memiliki angan untuk dapat melayani penjualan grosir bahkan berkeinginan untuk mengirim barang-barang ke toko lain. Meskipun dalam kenyatannya saat ini sudah mulai ada beberapa pelanggan yang membeli secara grosir, yang kemudian oleh pelanggan tersebut dijual kembali dikampung halamannya.
Tak henti-hentinya ibu dari dua anak tersebut selalu mensyukuri atas keberhasilan yang telah diperolehnya saat ini. Berbagai rintangan mulai dari awal berdagang hingga saat ini sudah ia lalui dengan penuh rasa sabar dan kepala dingin, tentunya selalu melakoni dengan berdagang secara sehat tanpa harus menjatuhkan pedagang lainnya. Ia selalu berikhtiar untuk mengembangkan dan menginovasi dagangannya tersebut.
Begitu sabar ibu Yuli dalam melalui rintangan yang ada selama ia berdagang. Ia selalu memiliki pemikiran bahwasanya apa yang selalu ia lakoni nya akan selalu mengasilkan hasil yang sesuai dengan usaha tersebut. Bahkan disaat toko sepi pembeli ia selalu menyerahkannya kepada sang pemilik hidup karena rezeki sudah diatur oleh Alloh SWT. Sesungguhnya dalam melakukan pekerjaan apapun bukanlah hanya berserah diri terhadap takdir, malainkan sebagai hamba juga harus berusaha dan berikhtiar semampu mungkin untuk menghasilkan sesuatu yang diinginkan.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H