Lihat ke Halaman Asli

Ucapan Maaf yang Tidak Pernah Digubris

Diperbarui: 26 Juni 2015   15:33

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

Awal Juni 2010 titik balik secara diametral 180 derajat, alhasil setelah peristiwa itu.... maka sirnahlah semua anggapan dirinya yang pernah menyatakan "YA", situasi itulah mendorongku untuk segera memperjelas situasi "Konflik" dengan cekatan Hp yang berada disampingku segera kuambil untuk menghubungi dia, Kring.... Kring.... Kring... Kring.... Kring, kutelepon dia sampai 47 kali ternyata tak juga dihiraukan. Ada apa ini…, ada apa ini…, “hati kecilku terus bertanya” hingga detik inipun masih belum juga mendapatkan jawabanya. Kurefleksikan terus semua rentetan peristiwa yang tiba berakhir dengan tidak jelas, seakan energy ini habis untuk kegaiatan otakku ini. Empat hari setelah peristiwa itu, maka kuberanikan untuk mengirim pesan via SMS, namun smsku tidak juga mendapat jawaban yang bearti. Kegalauan semakin memuncak bercampur dengan penyesalan yang menjadi satu bahasa tubuhku saat itu. Ketika dia bilang “Aku sudah tidak bisa lagi denganmu lagi” Apakah ini sudah bahasa yang tegas?.... Saat itu juga sms  pun melayang ke dia, “Aku Minta Maaf… (Maaf Sms panjangnya tidak kutampilkan semua) namun dia justru menyambutnya dengan sinis lewat jawaban di wall FB-nya yang terbaru “Ya ampuunnn.......,jd orang ada-ada  aja ya?????.Nyebelin bngt cee......., smp kapan kamu berbuat hal aneh-aneh kayak gitu??....Ud deeeccchhh jngn ngejar-ngejar teruz..........,cape niieeecchhh......Biasa aja X....,jangan lebay please..... Tersentak kaget lalu hening sejenak saat aku melihat dan mengamati status FB dia yang terbaru, lalu akupun bertanya “Apakah sebuah permintaan maaf yang tulusku hanya lips service” ataukah permintaan maafku itu adalah pembenaran atas semua salah paham yang dia artikan sendiri?.... Sedemikian keraskah hati dia dan kepala batukah dia?.... keyakinanku justru bukan itu. Keyakinanku adalah dia tidak keras kepala, cuma sakit hati yang begitu menyayat hingga dia menyembunyikan sifat natural kemanusiaanya yakni pemaaf. Semua orang pasti pernah berbuat salah dan pasti tidak benar 100%, jika ada orang yang menggap dirinya benar terus maka dia tidak akan pernah mendengarkan pendapat orang lain, memaafkan kesalahan orang lain, dan memahami perasaan salah orang lain. Tapi aku yakin kamu bukan orang seperti itu, aku sangat yakin. Akhirnya mau tidak mau harus dibuktikan setelah kata maaf yang terucap tidak pernah dihiraukan lagi. Kubuktikan pasti dalam tindakanku, aku akan menggunjungimu untuk menjelaskan secara langsung kesalahpahaman selama ini yang memang aku ciptakan sendiri ke kamu. Seraya aku berkata dengan tulus; "Aku minta maaf kepadamu, tidak kuulangi lagi semua perlakuanku kepadamu, berilah aku kesempatan?... Aku berharap mendapat jawaban terbaik tapi aku adalah orang yang paham resiko, jadi harus siap juga dengan jawaban yang buruk sekalipun… Cukup sampai disini ya. Mungkin Kalau tidak lupa cerita ini akan bersambung lagi setelah dapat jawaban, apapun jawabanya…




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline