"Lupa apa, nak?", tanya ibu
sambil menatap adik
yang bergegas menaiki anak tangga dan menghilang ke kamarnya.
"Malaikat pelindungku", jawab adik dari lantai atas.
Ibu bergumam tak mengerti,
penasaran ia menunggu.
Dengan senyum lebar di kedua bola matanya
adik menunjuk masker yang telah dipakainya.
Kakak telah menunggu di beranda. Mereka berdua pergi menjauh dari rumah.
Ibu menatap dari balik pintu. Lalu menangis. Tanpa kata.
Masker kain pemberian temannya kemarin,
ibu letakkan di kaki salib
di ruang doa keluarga.
Lama ia duduk sendirian. Menatap salib
dan "malaikat pelindung" itu.
Senyap.
Hujan Desember mulai turun. Natal mendekat.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H