Lihat ke Halaman Asli

Feliciano K. Sila

Peziarah di Jalan Kehidupan

"Kuan Mainikin, Kuan Oetene'"

Diperbarui: 18 Mei 2019   04:15

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Dokpri

Kuan mainikin, kuan oetene', kuan alekot Banu-Olla.

Kuan mainikin, kuan oetene'; kampung dingin, kampung sejuk. Demikian orang-orang Dawan di Timor Barat menyebut Eban dan kampung-kampung di sekitar kaki gunung Mutis, gunung tertinggi sedaratan Timor, karena iklimnya yang sejuk, bahkan sangat dingin untuk ukuran iklim pulau Timor. 

Kabut dan dingin, hujan lebat tiada henti hampir sepanjang tahun, menjadikan Eban lumbung pertanian karena hasil buminya yang cukup memadai.

Tapi itu berpuluh-puluh tahun lalu saat alam masih cukup terawat. Sekarang, dengan perubahan iklim yang masif, dinginnya Eban sudah tak sedingin yang dulu, meski mereka yang sekarang menganggap Eban masih tetap dingin. 

Humus tanah pun telah terkikis membuat lahan pertanian tak sesubur dulu. Pohon-pohon penghasil buah pun telah termakan usia dan tidak lagi berbuah selebat dulu.

Itu dulu dan sekarang, demikian kalau kita hendak membuat perbandingan.

Kalau kita ingin lestarikan alam ini dan mempertahankan keadaan iklim Eban seperti sedia kala, kita semua, terutama para penghuninya mesti peduli, mulai sadar dan turut bergiat melestarikan alam. 

Berlebihan? Lebih baik mengambil sikap dan langkah yang tepat sebelum kita benar-benar terlambat!

Bumi adalah rumah kita bersama. Dan itu cuma satu, tidak ada Bumi atau Planet B. Eban kita cuma satu dan kampung-kampung di sekitar kaki Mutis unik dan cuma satu.

Mari kita peduli pada kuan mainikin, kuan oetene', peduli pada ibu bumi, rumah kita bersama.

Pesan dari seberang, 18.05.2019




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline