Indonesia itu kaya banget, saking kayanya sampai-sampai tidak terhitung jenis dan ragam kekayaannya. Mulai dari luas wilayah, kepulauan, suku bangsa, hasil alam, makanan dan bahasa daerah. Nah dari kekayaan itu ada yang bisa menghitung berapa banyak bahasa daerah, pasti jarang sekali kan yang tahu persis berapa sebenarnya bahasa daerah yang membentang dari ujung barat sampai ujung timur Indonesia tercinta ini.
Jangankan disuruh untuk menghitung daerah yang segitu luasnya, saya saja kalau disuruh menyebutkan bahasa daerah diwilayah kelahiran saya saja, masih "kedodoran" alias tidak tahu persis. Yang saya tahu, tempat kelahiran saya itu walaupun cuma pulau kecil bila dibandingkan dengan jawa dan sumatra, tapi untuk bahasa daerah bisa lebih dari 3 macam, misalnya saja:
a. Bahasa Pangkal (pinang) = Pingkong, cenderung menggunakan vocal e (melafalkannya sama persis dengan merah).
b. Bahasa Belinyu = belijong dan sungai liat = lietkong, dominan menggunakan vocal o hampir sama dengan cara orang Palembang bicara.
c. Bahasa Muntok = mentok, hampir sama dengan orang melayu, cenderung menggunakan vocal e, seperti pada kata cepat. Mungkin bagi yang pernah mendengarkan orang Malaysia bicara, nah kurang lebih seperti itulah.
Itu sebagian besar yang saya tahu, belum daerah-daerah lain yang terkadang bila saya mendengarkan membuat saya terpana, karena sama sekali tidak bisa dipahami padahal, menempati pulau yang sama. Betapa kayanya khasanah bahasa daerah kita.
Saya suka "sirik" berat, bila mendengarkan orang Jawa berbicara atau orang Sunda berbicara satu sama lain. Karena memang lingkungan kerja dan tinggal mendukung hal tersebut. Jadi jangan heran bila sudah chatting atau ngobrol sama teman yang satu daerah, omongannya nggak berenti-berenti, sama kayak percon cabe....
Berhubung saya lagi kangen berat dengan bahasa Melayu Muntok, bagaimana kalau saya kenalin beberapa kata/benda/istilah. Pada dasarnya hampir sama dengan bahasa Indonesia hanya lebih dominan vocal e saja, misalnya 'kemana' menjadi 'kemane'.
1. 'Diguyur' = makan/minum (biasanya digunakan oleh tuan rumah yang mempersilakan tamu untuk mencicipi hidangan yg disediakan). Terkadang digunakan juga untuk menjelaskan aktifitas yang dikerjakan terus menerus, misalnya terus menerus makan alias memamah biak.
2. 'bal' = bola (nampaknya diadaptasi dari bahasa Inggris ball).
3. 'tengkap' = jendela (biasanya digunakan untuk menyebut jendela rumah yang terbuat dari 2 bilah papan kayu, rumah-rumah lama, rumah panggung). Menyebutkan sama dengan e pada kata teras rumah.
4. 'niuk/niok' = kelapa
5. 'tekacar-kacar' = tergesa-gesa, tergopoh-gopoh
6. 'betengkah' = banyak tingkah, banyak gaya. Melafalkannya sama persis dengan tengkap tadi.
7. 'oto' = mobil (belum tahu diadaptasi dari negara mana)
8. 'nyanyuk' = nekat, sableng
9. 'lebem' = payah, parah
10. 'ngunyek' = nyebelin
11. 'dak' = tidak (terkadang orang Bangka suka menyingkat kata seperti ini)
12. 'nek' = 'kawah' = mau, 'kawah' lebih sering digunakan untuk menolak, misalnya dak kawah
13. 'rengam' = sebel
14. 'langok' = bosan
15. 'ngerapek'= 'ngerahul' = ngebohong, ngebual
16. 'Pak/Mak Wo' = Kakak Ayah/ibu yang tertua
17. 'Pak/Mak Ngah' = Kakak Ayah/ibu urutan tengah
18. 'Pak/Mak Cik/Cit' = anak paling kecil/bungsu
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H