Mata itu merah. Lebih merah dari apa yang disebut merah. Sedang di tangannya tergenggam belati mengkilat. Berjalan mendekatiku.
"Engkau masih saja percaya? Jika engkau akan tetap hidup mesti tubuhmu aku hujam dengan seribu rajaman?"
Aku masih saja duduk di kursi di sudut kamar.
"Iya, Itulah aku. Meskipun engkau merajamku beribu kali, Tidak akan hilang aku dari tubuh ini."
Dia semakin mendekat lalu wajahnya merapat di wajahku.
"Engkau yakin?"
Sedikit sinar rembulan menyusup dari balik jendela tanpa kaca. Wajahnya tepat di depan wajahku. Wajah retak dengan mata begitu merah. Dengus nafasnya sepanas bara.
"Omong kosong! Aku lihat di matamu masih ada ketakutan!"
"Tidak!, Apa yang engkau tau tentang aku?!"
"Aku tahu tentang engkau. Semuanya. Bahkan sebelum engkau dilahirkan, aku telah tahu! Jadi jangan pernah membohongiku"
"Engkau memang iblis yang sombong tahu akan segala yang ada."