Kau pandangi aku lekat tidak percaya.
Lalu menatap langkah langkah di seberang jendela.
Seperti biasa, kau mendiamkanku untuk tenggelam di duniamu sendiri.
Melepaskan kepala dari wadagmu,lalu kau tumpahkan semua isi kepala di atas meja.
Sedang aku hanya menjadi penonton tanpa bisa bergerak.
Terkadang kau lirik aku lalu melipat dahi, tersenyum dan bermuram.
Hei... Kenapa engkau ini? Engkau bukan antagonis atau protagonis.
Yang harus berpayah payah mengerutkan dahi sehingga wajahmu hilang di meja ini
Engkau hanyalah seorang Sumbadra
Yang cukup duduk dan bercerita tentang naskah yang dibacakan.
Sesekali menuliskan