Lihat ke Halaman Asli

Kens Hady

Seorang yang biasa, yang kadang suka menulis

Yang Tidak Terlupakan di Padang Heide

Diperbarui: 22 Juni 2016   18:23

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

dok.JoepdeGroot

“Pagi.... Schatje !!

Suara Lieve Fleur membuatku terhenyak. Seperti biasa gadis berambut panjang itu menuju ke arahku dengan melompat kecil. Dengan tshirt warna hitam agak ketat. Tampak bahagia. Matanya yang coklat memandangku penuh sayang. Tangannya mengusap kepalaku. Bibirnya yang ranum mengecup dahi. Lalu merapatkan erat kepalaku ke dadanya hangat. Ahh.. tapi duhh rambut merahnya sebagian mengenai mataku. Aku geleng gelengkan kepala tidak ingin kena rambutnya lagi di mataku.

“Hei Schatje, kau ini. Ihh “ kata  Fleur memukulkan kepalan tangannya lirih ke kepalaku.

“Aduh sialan” batinku. "Memanggilku dengan  kata sayang, tapi mukul.”

“Ayoh kita jalan jalan ke Gorsselse Heide. Tapi pelan pelan yah"

“Baiklah,”kataku dalam hati. Segera Lieve Fleur naik ke punggungku. Rasanya lebih berat dari sebulan yang lalu. Pelan pelan aku membawa gadis itu ke Heide. Sudah kebiasaan Fleur, bila sedang ingin sesuatu akan ke sana.  Langit berawan sirokomulus. Menyusuri jalan tanah aku membawa Fleur.  Di kanan kiri terlihat para farmer beraktifitas. Sapi sapi bergerombol dengan diawasi pemiliknya.  Terlihat  juga pepohonan. Apel, Pir, Ceri, Walnut juga Kastanye. Seorang perempuan bertopi melihat kami.

Dag Fleur... Waar ga je naartoe?  (Hai Fleur.. mau kemana?) ” teriaknya.

Ik ga naar de heide. Ga mee"?  (Ke padaang Heide  ayo ikut..), Jawab si Cantik Fleur.

Nee.. Ik wil je en je lieverdje niet storen!"   (Nggak Ah, nanti ganggu kamu. Biasanya kamu asyik sendiri dengan kesayanganmu itu."

Betul betul.. jangan ikut. Nanti bikin berisik saja. Nanti aku jadi terlihat bodoh sendirian di bawah pohon. Kataku dalam hati. Aku mempercepat jalanku, agar si cantk Fleur tidak dapat teman yang mungkin saja mau ikut. Lieve Fleur, seorang gadis yang jadi primadona di Eefde. Para Farmer mengenal Fleur. Gadis berambut merah yang ringan tangan dan baik hati. Meskipun dia aslinya dari Rotterdam, kota yang berjarak sekitar 150 km dari Eefde ini.

Pokoknya kalau ada yang mau ikut, aku akan lari aja.  Tidak rela kalau ada yang mengganggu Fleurku. Biar dia tenang di sana. Bersamaku. Beberapa puluh meter lagi sudah masuk hutan.  Aku celingukan kalau kalau ada babi liar yang tiba tiba lewat. Jangan sampai Fleur ketakutan.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline