[caption caption="Dok. Pri"][/caption]
Awan berjalan pelan membawa kegelapan
Segelap wajahmu yang menunduk malu atau ragu
Aku tidak tahu
Dari balik kaca di matamu hanya terlukis saujana
Entah berapa kali harus ku curi sisa sisa senyummu
Yang aku tahu, aku tak pernah tahu.
Biarkan ku nikmati pantai ini
Di sinilah ku menerbangkan satu dua mimpi
Katamu sambil melemparkan senyum di antara pasir yang berbisik ombak
Di manakah Sang Ratu yang menjaga?
Tanyamu padaku sambil terus memainkan pasir di kakimu.
Dia ada dalam seribu kisah yang mesti kita pilih salah satunya.
Jawabku sembari menikmati hidung mancungnya.
Mendung masih saja bergelantung dengan rakusnya di langit barat.
Ah, tiada lagi lembayung indah di horison sana, katamu penuh kecewa.
Engkaupun berdiri lalu berlari menikmati pasir yang basah oleh ombak.
Berlompatan sambil berteriak riang.
Mari kita tuliskan sebuah nama!
Dengan cekatan tanganmu menuliskan sebuah nama.
Bukan namaku.
Bagai burung merak engkau menari bersama pasir.
Kembali kau menulis sebuah nama.
Namamu
Namaku
Lalu kau berhenti. Memandangku
Biarkan nama nama itu di sini, di pasir ini.
Biarkan sampai ombak menghapus satu demi satu.
Karena begitulah kita hidup.
Kembali engkau menari di antara pasir dan ombak
Di manakah Sang Ratu, aku ingin bertemu.
=========
Terinspirasi dari Film berjudul "Pasir Berbisik" yang menceritakan kehidupan tentang gadis yang hidup di daerah berpasir.
[caption caption="Rumpies"] [/caption]
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H