Lihat ke Halaman Asli

Kens Hady

Seorang yang biasa, yang kadang suka menulis

Tantangan Ruang Publik Masa Depan

Diperbarui: 30 September 2015   23:59

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

 

Dalam berbagai banyak teori sudah jelaskan bahwa ruang publik adalah ruang yang benar benar untuk kepentingan publik. Interaksi dan kominukasi masyarakat, baik secara personal maupun komunal. Juga tidak adanya batas waktu untuk masyarakat mengakses ruang publik tersebut. Jadi jam berapapun kita butuh, ruangpublik itu selalu ada dan tesedia. Selai itu, saat berada di ruang publik, kita tidak perlu khawatir saat kita dompet kita ketinggalan, karena sepenuhnya yang namanya ruang publik itu bebas alias gratis.  Mengetahui itu rasanya sangat menyenangkan, apalagi sebagai warga  yan selalu beraktivitas di dalam kota, jelas sangat membutuhkan ruang publik yang bisa menyegarkan dan membuat nyaman. Dalam hal ini ruan publik yang berupa taman kota, tempat hiburan rakyat.

Tapi nyatanya, saat kita hendak mengakses ruang publik yang ada, kita seakan dikecewakan, Seperti di taman kota, tempat duduk yang ada rusak ataupun hilang. Kalaupun ada dalam keadaan yang jorok. Atau jika berupa jalan setapak atau trotoar, yang ada banyak kerusakan yang belum juga diperbaiki meskin pemandangan tersebut sudah berbulan bulan. Atau dilain waktu, saya temukan, sebuah taman, sebenarnya cukup enak, nyaman, tapi sepi jarang ada yang datang untuk menikmatinya.

Dari serangkaian perjalanan di beberapa ruang publik yang ada, saya mencatat kenapa ruang publik yang sudah diusahakan oleh pemerintah, seperti tidak berguna,tidak berhasil alias gagal menjadi ruang publik yang mestinya mempunyai banyak fungsi. Seperti : 

Kurangnya akses menuju ruang publik yang ada.

Akibatnya, banyak masyarakat yang enggan datang, karena merasa repot untuk pergi ataupun pulang.

Kurangnya sarana prasaaran yang memadai

Tidak jarang di taman kota, untuk tempat duduk yang ada terhitung minim. Sehingga pengunjung, yang tadinya pengin duduk menikmati pemandangan yang ada berpikir untuk lebih baik tidak, daripada duduk di tempat yang membuatnya risih. Di ruang publik seperti haltepun, bila tidak ada fasilitas duduk, akhirnya hanya menjadi tempat berkumpulnna debu jalanan.

Kurangnya perawatan dari ruang publik tersebut.

Taman yan penuh dengan sampah plastic, terminal  di mana banyak bekas air minum dan tempat makan berserakan, semuanya membikin para pengguan sangat malas.

Dan masih banyak lagi yang mungkin bisa satu buku untuk menuliskan hal hal yang sejenis.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline