Lihat ke Halaman Asli

Kens Hady

Seorang yang biasa, yang kadang suka menulis

Perempuan Langka

Diperbarui: 22 September 2015   22:35

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Fiksiana. Sumber ilustrasi: PEXELS/Dzenina Lukac

 

Dengan suara sedikit bergetar, Rhein bersuara lirih di sebelah telingaku sambil memeluk lebih erat.

          “Doakan aku, . Doakan semoga bisa menjalani dengan  baik.”

Aku eratkan pelukan. Cemara yang terpasang di kepalanya terguncang di wajah sebelah kananku.

          “Benarkah kamu akan melakukannya, Rhein? Tidakkah engkau pikir sekali lagi?” tanyaku tak menjawa permintaannya. Aku belum yakin  kalau Rhein, sahabatku benar benar melakukan yang dalam logikaku tidak bisa aku terima.

          “Sudah, aku sudah yakin dan siap apapun yang terjadi.” Jawab Rhein masih dengan getar dan isak.

Rhein melepaskan pelukan. Dengan jemariku, aku hapus tetes tetes bening di ujung matanya.

          “Udah, jangan menangis. Aku selalu doakan dirimu, Rhein. Sekarang bukan waktunya untuk menangis.

Cepatlah masuk. Penghulu sudah siap di sana.” 

--***---

 

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline