Lihat ke Halaman Asli

Kens Hady

Seorang yang biasa, yang kadang suka menulis

Menerka Perang Badar KPK – POLRI

Diperbarui: 17 Juni 2015   12:16

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

1422338948349701325

[caption id="attachment_393521" align="aligncenter" width="150" caption="google.com"][/caption]

Indonesia hari ke hari makin panas. Baru saja berita di televisiada berita mengejutkan yang sebenarnya sudah bisa ditebak. Komisioner KPK, Zulkarnain dilaporkan ke polisi karena kasus gratifikasi di Jawa Timur. Lengkap sudah semua komisioner KPK dianggap bermasalah. Hal ini tentu semakin menguatkan bahwa ada upaya sistematis untuk meruntuhkan KPK. Pertanyaanya, kenapa POLRI melakukannya dengan menutup kuping dan rasa? Bagaimanapun, meskipun orang yang tiada melek hukum pun bisa merasakan kejanggalanyang dilakukan Polri ke KPK.

Ibarat perang, KPK sudah dihujani serangan pada titik titik terkuat sekaligus kelemahannya.Sangat jelas hasil yang akan terlihat jika empat komisioner KPK dilempar amunisi. Dengan menggunakan “sifat baik” komisioner KPK, seperti yang dicontohkan Bambang W, yaitumengundurkan diri. Jika Abraham Samad, Adnan Pandu dan Zulkarnain menonaktifkan diri, sangat jelas jelas sekali bahwa KPK melangkah seperti zombie. Tanpa kepala yang mengarahkan mau kemana tujuan KPK.

Banyak orang menduga tindakan POLRI yang seperti Rahwana ini dikarenakan, KPK sudah berani menampar bahkan memelintir “kepala” POLRI yang notabene orang paling terhormat dan berkuasa. Meskipun baru diusulkan. Kalau ada ungkapan klise, cacing aja ngelawan kalau diinjak, apalagi POLRI. Sebagai institusi terhormat di negeri ini.

Bagi sebagian orang, dengan mudah mengatakan, bahwa ini bukan pertarungan institusi. Tak lebih mengarah pada personel, individu yang dikatakan sebagai oknum. Menurut saya, itu hanyalah perkataanbasa basi. Sangat jelas ini sebuah peperangan, bahkan terbilang perang badar. POLRI habis habisan menembakkan amunisinya kearah kepala KPK. Tujuannya satu melumpuhkan KPK. Bila KPK hilang kepalanya, anaka ayam, yang dibawah akan manut manut saja. Baik karena terpaksa ataupun ikut ikutan saja. Keadaan seperti ini tentu saja, sangat berpengaruh pada perjalanan POLRI ke depan. Yaitu, mulusnya jalan Budi Gunawan mengemban tugasnya secara formal ataupun “informal” di balik layar.

“Ahh, itu hanyalah fitnah dan prasangka buruk saja. Apa salah POLRI mengusut seseorang yang dilaporkan oleh masyarakat. Itu khan jelas tugas POLRI?” ada yang bilang gitu. Mungkin termasuk anda. Hehhe.. Mari kita simak dengan rasa yang netral. Apakah wajar, dalam sebuah institusi hampir semua personelnya dilaporkan dalam waktu yang bersamaan dengan kasus yang berbeda. Hal demikian tidak mungkin bila tidak ada scenario tertentu dan tentu saja tujuan tertentu. OK lah anggap saja itu wajar. Mari kita bandingkan, proses penangkapan, ataupun proses yang ada pada dirinya ataupun yang lainnya, kenapa seakan diblow up dan terkesan kejar tayang? Sedang hakim yang ada permainan dalam menjatuhkan vonis gembong narkoba didiamkan saja.

Ketika kita melihat kejanggalan, dalam teor i intelejen pengawuran yang saya anut, dalang sebuah situasi yang penuh huru hara, biasanya dialah yang mendapatkan keuntungan terbesar. Baik langsung ataupun tidak. Bila kita melihat kejadian yang dialami KPK, siapakah yang paling diuntungkan? Saat ini yang terang terlihat adalah BG. Sebagai orang tertinggi POLRI sangat tidak sulit mengerahkan segala daya upaya untuk menghancurkan KPK. Baik dengan jalan depan ataupun jalan belakang.

Pertanyaannya apa kepentingan BG dengan situasi yang hendak dicapainya? Tentu saja dengan menjadi orang tertinggi dia bisa berbuat apa saja. Tapi ternyata dia bukan ujung teratas dari keadaan yang sedang direalisasikan.Banyak analisa bahwa setinggi tingginya BG, dia tetaplah tangan dari yang di atasnya. Yaitu Presiden. Sedang presiden sekarang sudah menjadi rahasia umum bahwa dia tetaplah “tunduk” pada ketua umum partainya. Meskipun secara nyata dikatakan bahwa dia hanya tunduk pada konstitusi, tetapi sebagai orang jawa, dia tetap akan pekewuh pada orang yang menjadikan dia sebagai presiden. Tidaklah mungkin untuk orang orang tingkat nasional mempunya pribadi kacang lupa pada kulitnya. Kecuali mau dicap sebagai kutu loncat atau kutu busuk hehehe.

Jadi apa yang sebenarnya terjadi? Untuk KPK dan POLRI,,ini adalah perang badar. Hidup mati mereka.Siapa yang menusuk kepala lawan, dialah yang menang. Seperti layaknya sebuah peperangan. Bukan hanya dua pihak yang ikut andil. Ada pihak pihak yang diluar keduanya,yang sedang menanti saat tepat untuk tampil menjadi pemenang, tanpa harus habis habisan bertempur. Yaitu KMP. Saat ini KMP sedang menonton dan menghitung apa yang sedang terjadi. Kalah menang kedua belah pihak tetaplah dalam kalkulasi KMP. Mana yang menguntungkan ke depan, maka dialah yang akan ”dibela”.

Lalu bagaimana dengan KPK? Apa yang ada di benak KPK? Sampai saat ini yang tampak, KPK tidak punya motif apa apa kecuali ketulusan memberantas korupsi, hanya saja yang perlu dikritisi adalah penetapan tersangka oleh KPK seperti menunggu moment tertentu dari yang bersangkutan. Sehingga bagi sebagian orang, jadi curiga bahwa penyelidikan yang ada adalah senjata untuk bermain di balik layar.

Mungkin situasi ke depan akan semakin panas. Dan ujung dari perang badar ini, tergantung dari gerak cepat dan strategi dua pihak. Yaitu KMP dan KIH. Sedang KPK dan POLRI sebenarnya hanyalah alat untuk menciptakan situasi. Tapi semuanya tergantung sebuah factor X yaitu rakyat. Barang siapa bisa memainkan psikis rakyat, dialah yang akan jadi pemenang.Mari kita lihat perkembangan selanjutnya. Hehe.. di mana anda berdiri?

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline