Lihat ke Halaman Asli

Perjuangan Melawan Penyakit "TB RO"

Diperbarui: 29 Oktober 2017   22:48

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Saya adalah seorang blogger amatir yang sedang menjalani pengobatan TB RO atau TB MDR atau Penyakit TB kebal obat.

Bulan ini masa pengobatan saya sudah memasuki bulan ke-3, Saya aktif menulis di dua blog berbeda tapi sebenarnya konsepnya sama karena saya sangat menyukai teknologi, saya suka menulis beberapa cara menggunakan gadget, cara oprek android dan lain sebagainya seputar itu. Ini adalah cara saya melupakan efek samping pengobatan ini, buat yang belum tau pengobatan TB RO ini lumayan berat efek sampingnya, bahkan di artikel yang saya baca itu setengahnya kemoterapi katanya. Memang memerlukan semangat yang benar-benar, karena masa pengobatan yang cukup lama, sekitar 20-24 bulan, dan jumlah obat yang lumayan banyak. 

Memang begitu dahsyatnya kalau saya rasakan efek samping obat ini, pernah berapa kali ngamuk gak jelas, seluruh badan pegal, yang paling sering mual saat akan menelan obat, bahkan saat melihat obat lain sekalipun langsung pingin muntah, dan mendengar kata obat atau tulisan pun pusing datang lagi. Namun yang membuat saya tetap semangat adalah keluarga saya, saya belum bisa membalas jasa-jasa mereka, saya belum bisa pula membahagiakan mereka. 

Memang sedih, sering merasa sendiri. Tapi apapun halangannya harus kita lewati, bukan cuman saya yang sakit, masih banyak orang di luar sana yang penyakitnya lebih parah, lebih susah pengobatannya, bahkan ada yang tidak ada obatnya. Saya akan terus semangat karena saya ingin sembuh, apalagi jika tidak diobati penyakit ini, bisa menular ke anggota keluaraga yang lain, gak mau kan anda melihat keluarga anda menjalani pengobatan yang sekarang sedang anda jalani.

Di daerah saya itu pengetahuan tentang penyakit ini masih sangat minim, mungkin bukan cuman di daerah saya ya yang menganggap kalau TB itu adalah penyakit kutukan, guna-guna atau yang semacamnya. Selain itu banyak juga yang masih belum tau, kalau pengobatan penyakit ini dibiayai oleh Pemerintah, dan banyak pula yang masih mengurungkan niatnya untuk memeriksakan status TB mereka ke tempat pelayanan kesehatan terdekat, dan menurut cerita dari teman-teman sesama pasien TB RO ini, banyak yang dikucilkan di lingkungan masyarakatnya. 

Padahal hal ini akan membuat semangat pasien turun drastis, apalagi jika di lingkungan puskesmasnya juga begitu. Padahal pasien TB MDR seharusnya didukung untuk menyelesaikan pengobatan, bukan hanya dukungan dari keluarganya, tapi juga dari lingkungannya. Kemudian anggapan lain yang saya pelajari dan ternyata salah adalah, alat makan pasien harus dipisah, padahal asalkan sudah dicuci bersih sudah aman, karena kuman TB itu menyebarnya melalui udara, saat bersin, batuk atau bisa juga dari bicara, makanya pasien harus disiplin menggunakan masker.

Tapi kalau di tempat saya Alhamdulillah, dari lingkungan mendukung, puskesmas juga pelayanannya ramah, mudah-mudahan, teman-teman sesama pasien diluar sana juga mendapatkan perlakuan yang baik dari lingkungannya. Mungkin segini dulu ya curhatnya, jangan lupa untuk semua teman yang sedang menjalani pengobatan, tetap semangat jangan berkecil hati karena sudah banyak yang terbukti sembuh. 




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline