Lihat ke Halaman Asli

Kenong Veyza

Penulis Baperan

Retak Menanti Belah

Diperbarui: 20 Desember 2022   20:42

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com


Kita diibaratkan kapal tanpa arah
Layar berkembang turuti angin dengan pasrah
Badai kencang membuat keyakinan lemah
Sekuat apa membalik tetap saja gegabah
Hati dan diri tak mampu kuasi amarah
Mencoba bertahan pun tak bisa lagi mengubah
Rasa percaya yang perlahan terkikis dan musnah
Hanya menunggu retak menanti belah

Cinta yang dulu perlahan melemah
Ketiadaan setia mengoyak jutaan mimpi indah
Harga diri kini di matamu amatlah murah
Raga perlahan kurus termakan waktu hingga lelah
Aku tahu, di sini akulah orang yang paling bersalah
Tapi bisakah sejenak kau melihat usaha yang bersimbah
Jujur, bukan hanya hatimu yang kujadikan rumah
Ada hati lain yang pelan-pelan bersinggah

Sekarang jiwa terombang-ambing gelisah
Antara melepaskan atau tetap jalankan amanah
Semakin jauh diri ini berserah
Luka hati semakin mengucurkan darah
Aku yang terus memaksa, kau yang ingin menyerah
Antara kita seperti ada jurang yang seakan memisah
Mungkinkah kapal kita sebentar lagi akan tinggal sejarah
Atau menjadi seonggok sampah tanpa arti sebab melawan hati, aku KALAH

Gerimis di bumiku, 20 Desember 2022

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline