Lihat ke Halaman Asli

Nadya Khennis Rozana

Ex-Jurnalis TV9 Nusantara

Greenwashing, Pembohongan di Balik Citra Ramah Lingkungan

Diperbarui: 10 November 2023   13:45

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Photo by Priscilla Du Preez 🇨🇦 on Unsplash

Pada tahun 2018, Nestle, perusahaan makanan dan minuman kemasan terbesar di dunia, mengumumkan target ambisius untuk menggunakan kemasan yang sepenuhnya dapat didaur ulang 100% pada tahun 2025. Namun, Greenpeace merasa geram dengan pernyataan ini. Menurut mereka, Nestle telah melakukan greenwashing dan menyatakan bahwa inisiatif yang diumumkan tidak menunjukkan langkah konkret untuk mengatasi krisis iklim.

Reaksi Greenpeace terhadap kasus Nestle tidak sepenuhnya salah. Ambisi perusahaan untuk menggantikan seluruh kemasan dengan plastik biodegradable atau bahan plastik yang lebih mudah terurai secara alami terlihat kurang realistis. Hal ini karena, bahkan bahan plastik yang berasal dari serat kentang, tebu, dan singkong, memerlukan waktu minimal 6 bulan untuk sepenuhnya terurai. Itu pun hanya dapat terjadi jika diproses melalui fasilitas pengomposan khusus yang mampu memanaskan bioplastik hingga suhu yang sangat tinggi.

Walaupun memiliki waktu degradasi lebih cepat daripada plastik konvensional, plastik biodegradable melibatkan proses yang kompleks dan tidak semua pihak siap untuk melakukannya. Nestle juga dinilai tidak mempertimbangkan jika plastik ini terbuang ke lautan, dampaknya justru akan lebih merugikan. Tidak mengherankan jika dalam laporan tahunan dari organisasi Break Free From Plastic tahun 2020, Nestle bersama dengan Coca-Cola dan PepsiCo kembali diidentifikasi sebagai perusahaan-perusahaan terbesar yang memproduksi limbah plastik di dunia selama tiga tahun berturut-turut.

Apa itu Greenwashing?

Greenwashing merupakan tindakan suatu perusahaan dalam memberikan informasi yang mengelabui tentang sejauh mana produk mereka dianggap ramah bagi lingkungan. Praktik ini seringkali digunakan sebagai strategi pemasaran untuk menciptakan citra bahwa perusahaan tersebut peduli terhadap lingkungan, termasuk dari segi produk, tujuan, dan nilai-nilai perusahaan, meskipun tanpa tindakan nyata yang mendukung klaim tersebut.

Tidak hanya itu, greenwashing juga dapat terjadi ketika suatu perusahaan berusaha menekankan aspek keberlanjutan dari produknya untuk menutupi fakta bahwa mereka telah terlibat dalam kegiatan yang merusak lingkungan selama bertahun-tahun. Coca-Cola dan McDonald's juga pernah membuat komitmen terkait kepedulian lingkungan. Namun kenyataannya, perusahaan-perusahaan tersebut masih menjadi penyumbang terbesar dalam pencemaran dan emisi gas rumah kaca.

Kampanye dari McDonald's terkait Net-Zero juga pernah mendapat kritik tajam dari Jennifer Molidor, Juru Kampanye Pangan Senior di Center for Biological Diversity. Menurutnya, produksi daging sapi dari perusahaan ini sendiri menyebabkan lebih dari 22 juta metrik ton gas rumah kaca dilepaskan setiap tahunnya.

Di sisi lain, sebuah perusahaan yang memproduksi deterjen mengadakan kampanye yang menekankan penggunaan bioplastik demi kepedulian terhadap lingkungan. Namun, yang perlu diingat adalah bahwa produk deterjen tidak hanya menimbulkan masalah terkait plastik, melainkan juga limbah dari proses pencucian dan produksinya sendiri.

Sebuah perusahaan multinasional memilih untuk memberikan tote bag sebagai pengganti kantong plastik untuk setiap pembelian produk mereka. Namun, studi yang dilakukan pada tahun 2018 menunjukkan bahwa tote bag dari bahan organik seperti kapas perlu digunakan hingga 20.000 kali untuk mengimbangi dampak produksinya.

Greenwashing adalah praktek yang menyesatkan dan berdampak langsung pada lingkungan jika terus menerus terpapar oleh limbah dari pabrik dan proses produksi. Oleh karena itu, mari kita menjadi lebih bijak dalam memberikan klaim dan mengklarifikasi informasi yang terkait dengan kepedulian lingkungan.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline