Lihat ke Halaman Asli

Lady Aurelia Pramesti: Arogansi Seorang Calon Dokter yang Mengabaikan Etika

Diperbarui: 15 Desember 2024   14:32

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Lady Aurellia Pramesti yang terseret dalam kasus penganiayaan dokter Luthfi (x.com/@babiesmochi)

Belakangan ini, nama Lady Aurelia Pramesti menjadi perbincangan hangat di kalangan mahasiswa dan masyarakat luas. Sebagai seorang calon dokter di Fakultas Kedokteran Universitas Sriwijaya, tindakan dan sikapnya dalam sebuah insiden penganiayaan terhadap seniornya, M. Lutfi, menunjukkan sisi gelap dari dunia kedokteran. Dalam artikel ini, saya ingin mengungkapkan pendapat saya mengenai arogansi yang ditunjukkan oleh Lady dan bagaimana hal itu mengancam etika profesi medis.

Arogansi yang Mengganggu Hubungan Profesional

Dari berita yang beredar, terlihat bahwa Lady Aurelia tidak menghargai rekan-rekannya. Ketika ada ketidakpuasan mengenai jadwal jaga yang telah disepakati, bukannya menyelesaikan masalah tersebut dengan cara yang baik, dia malah melibatkan phak eksternal yakni orangtuanya dan berujung pada tindakan kekerasan. Tindakan ini mencerminkan sikap arogan yang tidak seharusnya dimiliki oleh seorang calon dokter. Dalam dunia medis, hubungan antar rekan sejawat sangat penting, dan sikap saling menghormati adalah kunci untuk menciptakan lingkungan kerja yang sehat.

Mengabaikan Tanggung Jawab Terhadap Pasien

Sebagai mahasiswa kedokteran, kita diajarkan bahwa tugas utama seorang dokter adalah merawat pasien dengan sepenuh hati. Namun, perilaku Lady menunjukkan bahwa dia lebih mementingkan kepentingan pribadi daripada tanggung jawabnya sebagai calon dokter. Ketika seorang dokter tidak mampu mengendalikan emosinya dan terlibat dalam konflik seperti ini, siapa yang akan dirugikan? Tentu saja pasien. Mereka berhak mendapatkan perawatan dari tenaga medis yang profesional dan beretika.

Dampak Terhadap Citra Profesi Medis

Insiden ini tidak hanya berdampak pada Lady sebagai individu, tetapi juga pada citra profesi medis secara keseluruhan. Masyarakat mungkin mulai kehilangan kepercayaan terhadap dokter jika mereka melihat perilaku arogan seperti ini. Sebagai calon dokter, Lady harus menyadari bahwa tindakannya dapat mempengaruhi pandangan orang lain terhadap profesinya. Jika ia tidak menjunjung tinggi etika dan integritas, maka masa depannya di profesi kedokteran akan dipertanyakan.

Kesimpulan

Kisah Lady Aurelia Pramesti adalah pengingat bagi kita semua tentang pentingnya etika dan integritas dalam kehidupan profesional. Arogansi dan ketidakpedulian terhadap tanggung jawab dapat memiliki konsekuensi serius, tidak hanya bagi individu tetapi juga bagi orang-orang di sekitar mereka. Dalam setiap bidang pekerjaan, sikap saling menghormati dan empati harus dijunjung tinggi agar kita dapat menciptakan lingkungan yang positif dan produktif. Mari kita belajar dari insiden ini untuk menjadi pribadi yang lebih baik dan menjaga nilai-nilai etika di mana pun kita berada.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline