Lihat ke Halaman Asli

Kumis Oh Kumis

Diperbarui: 24 Juni 2015   00:39

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Humor. Sumber ilustrasi: PEXELS/Gratisography

Dia adalah penjual barang antik. Kumis itulah julukan yang diberikan orang kepadanya. Gak salah sih nama julukan tersebut karena dia memiliki ciri khas kumis yang melintang di kiri dan kanan. Kalau sedang berbicara, seolah-seolah kumisnya turut menjadi backing vocal suara yang dikeluarkan. Kadang ketika minum kopi susu atau sirup tergesa-gesa, nodanya masih terlihat menempel di sejumlah helai kumisnya, membuat orang yang melihat tertawa cekikikan saking gelinya. Kumis yang melihat orang tertawa malah bingung tapi kemudian malah ikut tersenyum tanpa tahu makna di baliknya yang malah makin membuat orang tertawa terbahak-bahak bahkan bila perlu sampai berguling-guling di lantai. Nah Lo, si kumis makin bengong. Nih orang kesambet setan ape ye, pikirnya serius tapi sembari tetap melempar senyum.

Di pagi yang cerah, hari senin. Seperti biasa, kumis semangat 28, abis mandi, shalat langsung ngacir hunting belanja barang-barang toko. Dengan mengenakan kaos merah yang terkesan berani dan celana jeans warna putih dicat sendiri, kumis mengelilingi pasar barang-barang bekas di jakarta. Sambil lirik kanan kiri kali ada barang-barang yang menarik, kumis bersiul-siul sendiri. Kumisnya yang melintang terlihat seperti merantai mulutnya dan mengikuti irama dari siulan tersebut. Tarik mang.

Tak lama kemudian, pandangannya tertuju ke suatu benda yang tak begitu jauh darinya. Dia berhenti sejenak begitu juga dengan siulannya, kumisnya pun ikut berdamai dengan dirinya. Wow, ini baru namanya barang, batin si kumis, YESSSS. Sebuah buku yang diperkirakan usianya agak tua. Dalam hati dia berpikir simple, lebih tua dari usia gw, tetapi usia kumis gw masih lebih muda lagi hehehehe, yang jelas bisa bikin gw untung gw gede nih.

Dia menghampiri pedagang tersebut. Kemudian sambil memegang buku yang diincar,

dia lalu bertanya "berapa harga buku ini ?" .

Jawab si pedagang, "seratus ribu".

Kumis pun berlagak ngedumel "ah masa seratus ribu, udeh jelek gini dan kotor lagi (tapi bisa bikin gw cepet kaya tambah si kumis dalam batinnya kekekeke).

"Emang situ nawar berapa ?" kata si pedagang.

"Goceng deh buat penglaris, pagi-pagi gini dah laku satu barang kan lumayan." jawab si kumis.

"wah masak goceng sik, udah goban ambil dah." kata si pedagang lagi.

"Loh kok turunnya hampir setengah harga ?, ketahuan ambil untungnya banyak nih hehehehe." kata si kumis sambil senyum-senyum.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline