Seperti yang kita ketahui, suku Dayak merupakan kelompok proto melayu yang hidup di Pulau Kalimantan. Suku Dayak adalah nama yang diberi oleh penjajah kepada penghuni pedalaman Pulau Borneo yang mendiami Pulau Kalimantan. Ada 5 suku atau 7 suku asli Kalimantan, yaitu Melayu, Dayak, Banjar, Kutai, Paser, Berau, dan Tidung. (disunting dari https://id.wikipedia.org/wiki/Suku_Dayak)
Setiap suku pasti memiliki budayanya masing-masing. Budaya sudah mengakar dalam diri setiap manusia sejak beribu-ribu tahun lalu. Salah satu contoh nya adalah perkawinan. Budaya prosesi perkawinan dipertahankan sebagai norma kebersamaan oleh masing-masing suku. Acara perkawinan adat tidak dapat dipisahkan satu dengan lainnya karena adat melekat pada kehidupan masyarakat itu sendiri.
Nah, kali ini saya akan masuk ke topik yang akan saya sampaikan. Bagaimana sistematis pernikahan suku Dayak? Menurut saya, hal ini menarik untuk ditelusuri. Berikut adalah runutan tradisi pernikahan suku Dayak.
Ritual pernikahan tradisional suku Dayak berlangsung selama 2 hari. Ratusan orang mendatangi acara tersebut. Tanpa menunggu lama, empat lemaku (juru bicara), diikuti oleh pengantin pria dan dua pabayu (asisten), perlahan melangkah ke tangga kayu menuju ke pintu utama. Pengantin wanita dan dua asistennya masih berada di dalam kamar tidur.
Tuan rumah diwakili oleh pengantin wanita dan puluhan kerabat berbaris memegang mangkuk kecil berisi minuman tuak yang terbuat dari beras ketan yang difermentasi. Sebelum laki-laki dan tamu memasuki ruangan, lemaku yang lain berdiri di depan pintu, mengucapkan mantera sambil mengayunkan ayam ke sana kemari. Bulu-bulunya dicabut dan kemudian ditaburkan. Ritual ini bertujuan untuk mengusir gangguan roh jahat agar tidak mengganggu proses pernikahan dan untuk penyambutan secara resmi.
Beberapa menit kemudian tuan rumah dan sanak keluarga mempersembahkan tuak sebagai ngalu (minuman selamat datang) untuk tamu. Di ruang tamu, delapan lemaku duduk bersila, sedangkan pengantin perempuan yang ditemani oleh empat pabayu, "disembunyikan" di area dapur. Kemudian delapan ekor babi dan beberapa ayam dibawa ke ruang tamu.
Mereka akan digunakan dalam ritual yang dilakukan oleh lemaku untuk mengusir lebih banyak roh jahat dan memanggil roh-roh yang baik. Darah mereka ditaburkan keluar dari jendela untuk menyingkirkan roh jahat. Sang lemaku kemudian pindah ke dapur dimana mereka akan menandai dahi pengantin dan memahkotai mereka dengan darah, masih dengan tujuan untuk mengusir roh jahat.
Segera setelah itu, pesta dimulai. Banyak orang menyentakkan kaki mereka dengan sukacita, mengikuti irama musik, sementara yang lain menyanyikan rima dan memberikan lebih banyak tuak kepada para tamu.
Pengantin wanita mengenakan kostum pernikahan Dayak berwarna-warni, bersama dengan ikat kepala tradisional.
Sebuah wadah berisi empat batang tebu dibungkus dengan kain putih dan merah, sebuah nyabor (pisau tradisional Dayak yang disebut Mandau), sebuah tayak (keranjang tradisional warna-warni), tombak tradisional, gelang perak, dan dua potong beras ketan rebus disajikan di dalam bambu dan ditempatkan di tengah ruang tamu. Penawaran, seperti dupa, daun pinang, sirih, rokok, serta daun dan ranting pohon beringin, juga ditempatkan di ruangan yang sama bersama dengan empat ayam rebus, dua potong paha babi, hati ayam , telur rebus, nasi kuning, serpihan beras, dan empat potong bambu yang berisikan tuak.
Sang lemaku mendapat cabak (hadiah) dua potong paha babi, ayam rebus dan dua potong bambu panjang yang diisi dengan ketan rebus, sementara pabayu membawa pulang setengah dari itu.