Sudah jamak saat ini setiap acara mantu menggunakan jasa katering bahkan event organizer. Di kampung- kampung pun, bila punya acara mantu, urusan tetek bengek acara diserahkan kepada panitia. Yang punya gawe bisa fokus di saat acara berlangsung untuk senyum manis menyalami para tamu.
Untuk orang kampung yang pas-pasan dan menyelenggarakan gawe di rumah saja, panitia yang mengurus makanan terdiri dari saudara dan tetangga. Untuk yang menyelenggarakan acara mantu di gedung, bisa dipastikan menggunakan jasa perusahaan katering. Gedung tempat acara, rias penganten dan peralatan, lalu katering, tidak lumrah diurusi sendiri.
Dan yang sedang grengseng saat ini, acara mantu Presiden Jokowi untuk anak pertamanya, Gibran Rakabuming, dipastikan perusahaan kateringnya tidak dibayar, alamat akan rugi total. Meski mantu adalah acara pihak pengantin perempuan, di sini yang dibicarakan adalah pihak penganten lelaki.
Seperti kebiasaan orang Jawa modern saat ini, diperkirakan pak Presiden Jokowi tidak akan membuat acara ngunduh mantu tersendiri. Pihak penganten pria yang "lebih mampu", akan membuat acara mantu dan ngunduh mantu menjadi satu paket agar efisien bagi para tamu undangan.
Dan kebiasaan dari penganten pria yang "mampu", semua biaya acara mantu akan ditanggungnya. Itu adalah watak pria jawa tulen yang macho dan jentelmen di masa kini. Itu pula yang akan dilakukan oleh mas Gibran, sebagai seorang pengusaha muda yang sukses, dan anak seorang Presiden. Calon mertua dan keluarga besarnya, silahkan duduk manis terima beres tak perlu mikir biaya.
Perusahaan katering yang akan mengurusi resepsi ngantenan mas Gibran dan mbak Selvi nanti, diperkirakan (perkiraan pasti) tidak akan bayaran. Sudah kerja keluar modal lalu tidak dibayar, sudah pasti rugi besar, rugi total maksimal. Tidak akan dibayar oleh pak Didit yang mantu, tidak akan dibayar oleh mas Gibran sang penganten, tidak akan dibayar oleh Pak Presiden Jokowi dan Ibu. Wah, lha kok bisa? Malu-maluin sekali? Mentang-mentang presiden yang sedang berkuasa? Wakakaka...
Karena eh karena, peluang bisnis kateringnya tentu ditangkap oleh perusahan katering kota Solo, Chilipari, milik mas Gibran sendiri. Sebagai pengusaha katering, mosok mas Gibran akan melepas peluang usaha acara besar yang ada di tangan sendiri kepada orang lain? Sayang dong.
Maka saat Chilipari mengerjakan katering acara mantenan mas Gibran dan mbak Selvi, mosok mbayar? Yang mbayar mas Gibran, yang menerima bayaran, mas Gibran sendiri juga? Atau mau bertindak secara profesional, yang mbayar mas Gibran sebagai pribadi seorang customer, yang menerima bayaran manajemen Chilipari. Sami mawon, duit keluar dari kantong mas Gibran sendiri, lalu kembali masuk ke kantong mas Gibran lagi.
Mau dibuat mas Gibran membayar biaya ke Chilipari dengan harga ngepres, menguntungkan mas Gibran sebagai customer, dan bisa merugikan Chilipari sebagai perusahaan katering. Atau Chilipari menjual jasa dengan untung sebesar-besarnya, dan mas Gibran harus keluar duit banyak. Tidak ada bedanya.
Jadi secara filosofis, perusahaan katering acara mantu Pak Presiden Jokowi nanti, tidak dibayar. Pemilik perusahaan kateringnya, akan rugi besar. Tapi dia akan tetap tersenyum lebar. Haahahahaha.....
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H