Korea Utara sering dituding sebagai negara yang sering membuat kegaduhan karena sering menggelar uji coba senjata pemusnah massal yang memicu kecaman massal di seluruh dunia. Bahkan sejauh ini ada sejumlah fakta mengerikan terkait bom nuklir korea utara yang mengancam dunia.
Salah satu fakta bom nuklir Korea Utara yang dikalim mengancam dunia yakni saat uji coba bom 'hidrogen' pada 6 Januari lalu yang dilakukan di sebuah situs bawah tanah pada 9 Oktober 2006. Dalam laporannya , negara sosialis pimpinan Kim Jong-un mengaku pada dunia internasional telah memiliki hulu ledak nuklir awal 2007 yang katanya akan dilakukan dengan tiga kali uji coba susulan, yakni pada 25 Mei 2009, 12 Februari 2013, lalu terakhir pada 6 Januari tagun ini.
Dan pada 1980-an, negara Barat terkejut karena ereka mengembangkan senjata nuklir di Yongbyeon, tanpa memberitahu PBB. Hingga berjalan pada 1994, setelah mendapat banyak kecaman dunia akhirnya Korea Utara melunak dan Pyongyang berjanji menghentikan program senjata nuklir asal menerima pasokan solar dan bahan pangan dari Amerika Serikat.
Salah satu fakta menarik seputar bom nuklir Korea Utara ketika mereka berhasil mengoplos bom atom dan bom hidrogen. Kondisi seperti ini membuat Amerika Serikat dan negara-negara sekutunya di Asia Timur sangat khawatir lantaran bom hidrogen tersebut memiliki daya ledak lebih dari 50 megaton. Minimal 20 kali lipat dari yang pernah meledak di Hiroshima dan Nagasaki pada Perang Dunia ke-2.
Korea Utara secara agresif terus mengembangkan senjata nuklirnya sambil menuntut pasokan bahan bakar dan pangan untuk rakyatnya yang diancam dihentikan. Namun secara politis Korea Utara berdalih, pengembangan nuklirnya bertujuan untuk memelihara perdamaian dunia.
Menurut peneliti asal Amerika Serikat bernama Joel Wit dari Universitas John Hopkins mengatakan, dalam lima tahun yang akan datang, tepatnya 2020, negara yang berada di bawah pimpinan Kim jong-un itu akan memperluas program nuklirnya dan bisa memiliki 100 senjata bom atom. Tentu saja hal ini membuat Amerika Serikat yang bertindak sebagai polisi dunia menjadi sangat khawatir.Meskipun program nuklir Korea Utara masih diselimuti ketidakpastian, Pyongyang saat ini diyakini memiliki persediaan 10 sampai 16 senjata nuklir kuno baik dari plutonium atau senjata-grade uranium.
Belum lama berselang Amerika serikat membatalkan kesepakatan nuklir dengan Iran. Keputusan Trump mengakhiri keringanan sanksi AS akan menenggelamkan kesepakatan itu dan dapat memicu serangan balik oleh Iran. Imbasnya, Iran bisa meluncurkan "serangan balik" berupa program senjata nuklir, guna "menghukum" sekutu AS di Suriah, Irak, Yaman, dan Libanon sebagaimana pandangan para diplomat.
Amerika Serikat sering melancarkan embargo ekonomi yang mendompleng PBB kepada negara negara seterunya ini akhirnya luluh oleh keagresifan Korut dalam pengembangan senjata nuklirnya. Dalam pertemuan antara Presiden Donald Trump dan pemimpin Korea Utara Kim Jong Un ditanda tangani sebuah kesepakatan Denuklirisasi di Semenanjung Korea khusunya sebagai wujud keinginan perdamaian dari kedua rakyat negeri itu.
Perang Korea merupakan konflik besar pertama yang terjadi pada masa Perang Dingin. Konflik antara Korea Utara dan Korea Selatan ini berlangsung antara bulan Juni 1950 hingga 27 Juli 1953. Perang yang dikenal sebagai perang yang terlupakan itu memakan jutaan korban jiwa. Seluruh Korea mengallami kehancuran yang mengerikan dan membutuhkan waktu puluhan tahun untuk pulih kembali.
Sebelum tahun 1945, Korea adalah satu kesatuan. Kerajaan Korea kuno disatukan oleh Dinasti Tang pada 668 masehi. Korea yang bersatu ini bertahan selama 1300 tahun sebelum akhirnya pecah. Korea pecah menjadi dua bagian setelah manuver yang dilakukan oleh Sekutu menjelang akhir Perang Dunia II. Selama perang, Korea merupakan wilayah yang dikuasai oleh Jepang. Namun, setelah kekalahan Jepang pada PD II, Korea dibagi menjadi dua bagian pada parallel ke-38. Soviet menduduki Korea Utara, sementara Amerika Serikat menduduki bagian selatan.
Sejarah panjang keterlibatkan Amerika Serikat dalam konflik semenanjung korea ini masih menyisakan persoalan tahanan perang dan repatriasi jenasah pasukan yang belum terselesaikan hingga saat ini. Sebuah pertemuan yang bersejarah untuk mengakhiri ketegangan di semenanjung korea yang telah mencerai beraikan tali silaturahmi dan kekerabatan rakyat korea.