Lihat ke Halaman Asli

Memprediksi Nilai Tukar Rupiah

Diperbarui: 1 Mei 2018   19:24

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

(KOMPAS/HERU SRI KUMORO)

Dalam hati saya bertanya, mereka ini asli ekspatriat atau mata2 ?  Selama hampir 10 tahun lamanya saya bergaul dengan mereka dalam berbagai tugas, tapi dalam pandangan saya mereka adalah para ahli, bisa saja mata2 yang memiliki keahlian. Namun sebaliknya, kalau saya ditempatkan di negara lain, munkin pandangan terhadap saya juga seperti itu, tetapi apa kepentingan Indonesia mengirim mata2 ekonomi?

Perang modern bukan saja perang konvensional, melainkan perang ekonomi seperti yang terjadi antara Amerika Serikat dan China dewasa ini, Amerika Serikat sebagai negara adidaya seusai perang dingin dengan alasan HAM memberlakukan embargo suku cadang persenjataan dan menerapkan kuota perdagangan terhadap Indonesia karena Indonesia tidak diperlukan lagi sebagai negara pembendung komunisme.

Dampaknya memang terasa, kekuatan militer Indonesia melemah dan ekonomi Indonesia juga melema yang berujung pada krisis ekonomi dan tumbangnya kekuasaan orde baru selama 32 tahun

Indonesia sebagai negara mayoritas berpenduduk Islam terbesar tidak boleh menjadi kuat dan harus tetap dibawah kendali negara adidaya ini. Indikasinya, ada keterlibatan CIA dalam peralihan kekuasaan di Indonesia dan perubahan kiblat orde baru sebagai pembentung faham komunis, ideologi musuh Amerika yang liberal.

Namun, dalam riak politik saat ini menjadi musuh Islam sebagaimana yang dikembangkan isu bangkitnya komunisme yang sangat mungkin terkait polecy pemerintah mengadakan pinjman ke negeri China pada saat ini.

Cerita ini masih terkait dengan pinjaman luar negeri, kelompok negara2 barat,  mereka datang ke Indonesia untuk meneliti kemampuan pengembalian utang kalau diberi hutangan oleh negaranya.  Sebagai negara penghutang, mau tidak mau negara kita memberi akses seluas2nya untuk meneliti kemampuan keuangan negara kita. 

Kalau mereka adalah mata mata, maka dengan mudah menghitung kekuatan keuangan Indonesia, kalau mereka memang profesional, mereka adalah para ahli. Saya adalah salah satu yang menjadi pendamping mereka dalam melakukan kegitannya di Indonesia dan mereka umunya lebih senang terima bersih diatas meja, dari cara seperti itu menjadi keuntungan saya sebab ketika mereka selesai kontrak, tugas bisa saya lanjutkan.

Sekitar tahun 1990, Inonesia mendapat tawaran pinjaman sektor swasta untuk pengembangan industri secara besar2an yang digaransi bank pemerintah dari negara2 industri terutama negara eropa. Pinjaman ini sama seperti yang dilakukan kepada China saat ini adalah untuk pengadaan barang modal yang dibeli dari negara pemberi hutangan.

Pinjaman seperti ini diwarnai permainan mark up harga, selisihnya berupa uang tunai yang diterima lewat vendor, lebih kurang caranya sama dengan permainan korupsi umumnya. Sehingga yang masuk ke Indonesia adalah barang murah dengan harga mahal dan kelebihan uang mark up tersebut tidak masuk ke Inonesia.

Industri yang dibangun dengan cara seperti ini tentu beresiko macet dan bank pemerintah yang bertindak sebagai ganrantor harus menalanginya, akibatnya bank pemerintah colapse yang sebelumnya terjadi aksi borong dollar yang diikuti oleh masyarakat.Faktor internal inilah yang menjadi triger kejatuhan nilai rupiah yang sangat dalam apalagi cadangan devisa sudah tidak mampu mengintervensi pasar uang karena  menipisnya cadangan devisa.

Situasi saat ini berbeda dengan tahun 1998, cadangan devisa lebih kuat namun jika kita melihat pergerakan rupiah, pencairan pinjaman mestinya terjadi devisa masuk yang memperkuat rupiah, namun hukum ekonomi tidak selalu berlaku kalau dimuati kepentingan politik.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline