Diawali dengan adanya isu dewan Jendral yang diduga akan melakukan makar terhadap Soekarno, situasi semakin memanas ketika isu makin berkembang bahwa Dewan Jendral akan melakukan show of force pada hari angkatan bersenjata tanggal 5 Oktober 1965 dan setelah terkonsentrasi pasukan di Jakarta, Dewan Jendral akan melakukan kudeta.
Kala itu PKI berhasil memecah militer dengan membuat gerakan tandingan yang dinamai Dewan Revolusi Indonesia yang dipimpin oleh Letkol Untung Syamsuri. Isu yang berkembang tersebut diikuti dengan penculikan Jenderal angkatan Darat yang kita kenal sebagari G 30 S PKI. Sejarah mencatat, Suharto yang mendapat mandat memimpin pemulihan keamanan menggantikan Soekarno dan berkuasa selama lebih dari 32 tahun.
Belakangan beredar isu retaknya hubungan TNI dan Kepolisian oleh adanya penangkapan dua mantan perwira tinggi TNI atas dugaan makar sehingga Kapolda Metro Jaya memandang perlu melakukan klarifikasi bahwa penangkapan tersebut didampingi oleh unsur TNI.
Era kebebasan berpendapat dewasa ini, terlebih setelah berlangsungnya pilpres 2014 semakin terlihat perbedaan pandangan yang mencuat ketengah publik diantara para purnawirawan TNI. Pandangan yang berseberangan ini tak pelak lagi menjadi tontonan publik yang juga terbelah antara pro kontra dengan puncaknya terjadi aksi massa 212. Ditengah aksi itu, isu makarpun merebak dengan ditangkapnya 11 aktivis atas dugaan makar termasuk dua orang purnawirawan TNI.
Namun menjelang pergantian tahun ini, berbeda dengan suasana ditengah masyarakat yang menyambut pergantian tahun dengan berbagai kegiatan yang menimbulkan kemacetan dimana-mana. Ini mengindikasikan bahwa sebagian besar masyarakat tak ambil perduli dengan keadaan politik negeri ini.
Cerita warung kopi, seperti biasa kami masing-masing membawa benda "wajib" yang harus dimiliki mengikuti kemajuan tehnologi untuk mengakses informasi. Ketika pembicaraan menyangkut isu-isu politik yang berkembang, terasa negara dalam keadaan genting. Ketika semua mata memandang tubuh wanita yang seksi, pembicaraanpun terhenti berganti topik ke wanita tadi.
Hanyalah sebuah gambaran bahwa sesungguhnya loyalitas itu akan terbangun manakala mendapatkan kesenangan dan kepuasaan. Pembicaraan politik menjadi tidak menyenangkan oleh karena pandangan mata tertuju kepada wanita seksi yang lebih menyenangkan.
Inilah dunia kita saat ini, semula menjadi kritkus, namun ketika dibawa dalam satu gerbong akan berubah menjadi pembela yang setia. Ciri inilah yang semakin nampak, ketika harus beroposisi maka akan mencari dukungan sehingga yang terjadi rakyat terbelah antara pro dan kontra.
Kasus penistaan agama masih bergulir dipengadilan, sementara isu penistaan agama lainnya mulai merebak, saling mencari kesalahan, saling mencari celah. Dipenghujung tahun terbetik berita, seorang kepala daerah ditangkap lagi dalam OTT KPK.
Dinamika politik yang terus menerus bergejolak tak menyurutkan tindakan korupsi. Yang menjadi pertanyaan, apakah kekuasaan itu hanya bertujuan untuk menduduki pemegang keputusan yang berarti uang ?
Pasca reformasi, TNI tak lagi ikut dalam politik seperti pada masa orde baru namun bagaimanapun dalam prakteknya sulit menghindar dari dinamika politik yang berkembang. Ini terlihat dari suara2 purnawirawan yang ikut dalam pro kontra yang tak pelak lagi membawa atribut TNI.Mantan Presiden Susilo Bambang Yudhoyon, Prabowo Subianto, Kivlan Zein, Wiranto, Luhut Pangaribuan adalah sebagian nama purnawiran TNI yang ikut terjun dalam politik Indonesia yang menonjol, bukan tidak mungkin menempuh garis politik yang berseberangan satu sama lain. Walaupun TNI menyatakan menarik diri dari kembali ke barak, suara-suara para purnawiran tidaklah dapat diabaikan begitu saja.