Menaggapi aksi demo 411, Presidemn Jokowi menyebut aksi itu ditunggangi oleh aktor politik. Isu tentang rencana kudeta atau makar ini langsung menjadi trending topic di media sosial disertai meme meme yang mengundang senyum, Isu makar ini diikuti oleh safari politik presiden menemui beberapa tokoh politik. Prabowo Subianto rival Jokowi dalam pilpres berjanji tak akan menjegal kepemimpinan Jokowi.
Tentulah bisa dipahami barangkali informasi yang diterima Presiden diyakini benar dan karenanya harus diantisipasi. Salah satu cara mengantisipasi kemungkinan makar tersebut, Presiden melakukan safari politik maraton berdialog dan berdiskusi untuk mencarikan jalan keluar yang elegan antara lain dengan Prabowo Subianto.
Sekalipun demikian rasa was was publik sampai saat ini masih belum hilang setelah membaca berbagai statement bahwa jika ada keadaan darurat maka Presiden selaku Panglima Tertinggi TNI akan mengerahkan satuan-satuan khusus untuk menindak para pelaku makar.
Yang menjadi pertanyaan, segenting itukah keadaan negara kita ?
Ada banyak pertanyaan yang harus dijawab terutama dampak dari isu makar yang tak kunjung berakhir ini. Satu diantaranya adalah terganggunya ekonomi rakyat apalagi diikuti oleh ajakan menarik uang yang implikasinya dapat menjatuhkan nilai rupiah kalau digunakan untuk bersepekulasi dollar seperti tahun 1998.
Sudah menjadi hukum pasar, bila ada ketidak stabilan politik atau bahkan kecemasan bakal terjadinya krisis politik dan keamanan, pasar pun akan bereaksi negatif dan akhirnya menjadi sulit untuk dikontrol yang menimbulkan capital flight.
Diengah kegalauan politik, yang berlangsung muncul sinyalemen pihak luar ikut bermain melalui media sosial yang berbasis di Australian dan Amerika Serikat. Sinyalemen tersebut bisa saja benar mengingat Indonesia yang berpenduduk terbesar ke empat didunia ini merupakan pasar potensial pelemparan produk luar. Kebijakan luar negeri selalu membawa pada implikasi ekonomi dimana saat ini kecendurangan politik mendekatkan diri kepada RRC.
Mari jaga NKRI, ajakan itu disampaikan pula oleh Panglima TNI. Yang menjadi pertanyaan berikutnya, benarkah NKRI dalam keadaan terancam ?
Kalau kita mau jujur, sesungguhnya banyak yang tidak perduli dengan situasi yang berkembang saat ini, masyarakat lebih memikirkan urusan perut ketimbang urusan politik. Kekhawatiran terjadi dikalangan elit politik yang membaca gelagat makar dar media sosial. Media sosial bolehlah disebut sebagai cerminan opini publik namun tidak dapat begitu saja celoteh media sosial dipakai sebagai kesimpulan gelagat makar. Sebab, dalam media sosial hanyalah penyampaian pendapat tanpa ada organisasi yang memungkinkan terjadinya gerakan makar.
Namun tak dapat pula diingkari gerakan 411 ditunggangi kepentingan politik sebab para politikus bisa langsung berganti jaket menyuarakan hal yang sama seperti tuntutan umat Islam. Disinilah yang menjadikan aparat berada dalam posisi yang dilematis karena gerakan umat Islam itu masih dalam koridor yang dilindungi oleh undang-undang. Yang harus diantisipasi adalah implikasinya yang dapat menimbulkan political chaos.
Mengaca dari lepasnya Timor Timur, masalah kependudukan hingga saat ini juga belum tuntas, bagaimana kalau sampai terjadi pecahnya NKRI ?. Bisa dibayangkan akibatnya, hubungan keluarga dapat tercerai berai seperti apa yang dirasakan oleh rakyat Korea. Artinya, pecahnya NKRI akan menyengsarakan rakyat yang sudah terjadi pembauran antar etnis sudah sejak zaman penjajahan.