Lihat ke Halaman Asli

Ini Penyebab Elektabilitas Ahok Menurun

Diperbarui: 9 Oktober 2016   00:39

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Politik. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Setiap pemeluk agama tentunya akan berpegang pada ajaran agamanya yang didalam ajaranya juga terdapat kaedah kaedah atau hal hal yang dibolehkan dan dilarang. Ahok bukan penganut ajaran Islam , ketika bicara tentang ajaran agama Islam langsung disambar lawan  politik sebagai tindakan pelecehan agama, tak urung Ahok harus memberikan klarifikasi.

Kondisi sosial politik masayarakat Belitung Timur yang membawanya terpilih menjadi kepala daerah  tentunya berbeda dengan DKI  sedangkan di DKI adalah fakta yang tidak dapat ditampik menjadi Gubernur DKI karena "warisan" Jokowi yang terpilih menjadi Presiden RI.  Sehingga bisa disebut, terpilihnya Ahok menjadi Gubernur oleh kemenangan yang semu.

Sebelumnya, electabilitas Ahok disebut  tanpa tanding, pastinya akan demikian karena tidak ada parameternya, namun pasca pendaftaran cagub, pemberitaan bergeser didomisasi oleh AHY.  Ini menunjukkan, AHY yang baru dimunculkan lansung menarik minat pembaca dan belakangan lembaga survey meliris hasil survey, jika pada tanggal dilakukan survey, head to head seperti halnya pada pilpres 2014, Ahok diungguli lawannya.

Selama ini jualan prestasi Ahok sangat gencar, semua prestasi diklaim milik Ahok, pendahulunya tidur atau tak berbuat. Terlalu berlebihan seperti itu membuat publik bosan, ketika AHY ditetapkan sebagai cagub, faktor SBY dan rasa ingin tahu membuat pemberitaan dikuasai AHY pada hasil survey pemberitaan. Agaknya hal ini selaras dengan hasil survey yang dirilis oleh LSI, kecenderungan  elektabilitas Ahok mulai menurun.

Walaupun pemerintahan lebih cenderung bergaya liberal, namun tak serta merta dapat merubah  pandangan masyarakat yang lebih cenderung bersifat konservatif, walaupun seabrek prestasi Ahok di blow up jor-jor an, nyatanya tidak mengangkat popularitas  pada survey media. Terlebih Ahok tercebur dalam polemik sentimen Agama yang menjadi citra negatif dalam masyarakat konservatif yang menghendaki pemimpin yang baik budi dan prilakunya.

Namun Ahok tidak terlepas dari faktor Jokowi dan mengklaim dirinya sebagai loyalis sejati, ketika masyarakat merasakan keadaan ekonomi lebih sulit, sentimen negatif bisa saja mempengaruhi pandangan masayarakat terhadap Ahok.  Dalam arti kata, bahwa masyarakat lebih mementingkan perut, manakala perut kosong, pestasi yang diklam sebagai keberhasilan dirinya  tidak efektif untuk menarik simpati.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline