Lihat ke Halaman Asli

Konflik Agama di Kompasiana

Diperbarui: 26 Juni 2015   10:29

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

“Pada akhir zaman, akan muncul sekelompok anak muda usia yang bodoh akalnya. Mereka berkata menggunakan firman Allah, padahal mereka telah keluar dari Islam, bagai keluarnya anak panah dari busurnya. Iman mereka tak melewati tenggorokan. Di mana pun kalian jumpai mereka, bunuhlah mereka. Orang yang membunuh mereka akan mendapat pahala di hari kiamat.”  Kutipan diatas bernada provokatif di atas terpampang sebagai moto sebuah buku mungil yang judulnya menyiratkan peringatan keras: Bahaya Islam Liberal. Buku saku setebal 100 halaman itu ditulis Hartono Ahmad Jaiz, seorang mantan wartawan. Meski kecil, buku tersebut bisa berdampak besar karena mengandung pesan “penghilangan nyawa”.  Moto itu bukan sembarang untaian kata. Melainkan terjemahan hadis Nabi Muhammad SAW, yang tersimpan dalam kitab Al-Jami’ al-Shahih karya Imam Bukhari. Mayoritas kaum muslim menilai hadis hasil seleksi Bukhari memiliki kadar kesahihan amat tinggi. Jadi, perintah membunuh dalam hadis itu bisa dipahami sebagai kewajiban syar’i (bemuatan agama) yang bernilai ibadah. Buku itu terbit Januari 2002, bersamaan dengan maraknya pemberitaan tentang komunitas anak muda yang menamakan diri Jaringan Islam Liberal (JIL). Penempatan hadis riwayat Ali bin Abi Thalib tersebut sebagai moto buku mengundang pertanyaan: apakah Islam liberal yang dikupas buku itu, dengan demikian, sudah masuk kriteria kelompok yang dimaksud isi hadis, sehingga wajib dibunuh?

Polemik yang terjadi didalam masyarakat Islam Indonesia yang merupakan aksi dan reaksi adanya pemikirian kaum islam yang masing2 berpegang pada kebenarannya  tersebut menggambarkan betapa rentannya hubungan sesama umat muslim itu.  Reaksi berbentuk buku, selain karya Hartono tadi, ada pula buku Adian Husaini, Islam Liberal: Sejarah Konsepsi, Penyimpangan dan Jawabannya. Berbagai sorotan ditujukan kepada kelompok yang menamakan diri Jaringan Islam Liberal ini, bukan saja menyangkut kegiatannya tetapi juga menyangkut tokohnya seperti Abdurahman Wahid ( alm ) dan Dawam Raharjo. Ketakutan terhadap gerakan pembaharuan islam tersebut dapat dimaklumi sebab banyak umat muslim berpandangan bahwa ajaran agama bukanlah menjadi urusan pribadi masing2 orang. Pandangan seperti inilah yang mendorong adanya sikap wajib membela ajaran Allah. Maka, ketika ajaran Islam dinilai disimpangkan sebagaimana pandangan pembaharuan Islam tersebut, maka dengan mengatas namakan " Firman Allah"  vonispun dijatuhkan sebagai ajaran iblis. Vonis berdasarkan firman Allah seperti ini tentunya menimbulkan reaksi yang dapat memecah belah umat islam itu sendiri.

Disamping menggunakan buku cetakan, juga memanfaatkan milis2 yang ada di internet termasuk di Kompasiana untuk saling mempengaruhi umat muslim, baik itu dilakukan kelompok penentang maupun yang ditentang. Di Kompasiana, memang disediakan kolom agama yang tentunya menjadi peluang terbuka untuk dimanfaatkan oleh kedua kubu Islam tersebut. Tak ada aturan yang jelas apa yang menjadi materi bahasan agama, apakah untuk sarana dakwah, opini atau bahkan kristenisasi. Sebab, kecurigaan umat Islam terhadap kristenisasi yang dilakukan oleh Amerika Serikat pada masyarakat Islam Indonesia tidaklah kecil. Seperti yang pernah terjadi di Kompasiana, tuduhan Kompasianer terhadap Kompas melakukan upaya kristenisasi adalah sebagai wujud telah terjadinya kecurigaan adanya kristenisasi yang dibangun secara sistematis.  Politik dunia pasca perang dingin telah menciptakan pergeseran methode membangun kebersamaan umat Islam yang dipengaruhi konflik timur tengah.  Dalam perang dingin dua blok dunia yang  disebut Blok Barat yang dipimpin Amerika Serikat dan Blok Timur yang dipimpin oleh Uni Soviet, negara2 Islam terutama negara2 Arab lebih condong ke Blok Timur. Bubarnya uni soviet ternyata telah merubah gaya politik sebagaian negara2 Arab yang akhirnya merangkul Amerika Serikat sekutu Israel seperti halnya kerajaan Arab Saudi. Konflik Timur tengah yang sudah merubah  konflik  politik menjadi konflik agama tersebut,  usainya perang dingin telah  menjadikan kelompok Islam merubah pola perjuangan, selain aksi bersenjata yang dilakukan kelompok Al Qaeda, juga dengan pembentukan opini secara systematis sehingga umat islam memandang Amerika Serikat sebagai musuh Islam yang antara lain dengan membangun opini kristenisasi tersebut.

Motto  sharing connection yang  digadang Kompasiana tentunya berlandasan  kebebasan berpendapat, kebebasan kompasianer  untuk menyampaikan pendapat termasuk pendapat terhadap pandangan agama pastinya tidak dapat dihindarkan. Diperlukan kejelian admin untuk menilai artikel yang diposting agar tidak terjebak dalam konflik islam konservatif ataupun liberal ataupun dimanfaatkan dalam pertentangan agama, apalagi antar agama yang dapat membahayakan kerukunan. Membahas sebuah ayat Al Qur`an dapat menjadi  banyak makna yang mungkin menimbulkan pertentangan. Keimanan yang tercampur dengan buah pikiran kadang dituduh menggoyahkan keimanan, seperti inilah pandangan agama yang dibangun. Artinya, ayat al Qur`an adalah wahyu allah untuk difahami sebagai pedoman hidup, bukan untuk mengatur orang lain. Namun, ketika dalil agama dipakai untuk mengatur orang lain, tentunya tidak semua orang dapat menerimanya. Kembali kepada sifat manusia yang tidak ingin direndahkan, ketaatan beragama menjadi sebuah nilai moral dalam masyarakat. Pemerkosa, perampok, penipu selalu dikatakan prilaku moral bejad yang sesungguhnya belum tentu dimiliki orang tidak beragama.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline