Lihat ke Halaman Asli

Virus Itu Bernama PKS

Diperbarui: 26 Juni 2015   15:24

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Politik. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Apakah sebetulnya tujuan seseorang menganut ajaran Agama dan mengapa agama justru dapat memicu pertikaian ?.  Terlepas dari isi ajaran agama, munculnya agama melalui sebuah proses panjang peradaban umat manusia hingga suatu saat manusia membutuhkan sebuah pedoman yang dapat diterima didalam memandang norma2 untuk menjalani kehidupan. Ada satu perbedaan yang sangat mendasar antara norma yang disepakati berdasarkan kebiasaan dengan norma yang diikuti berdasarkan ajaran agama. Seemua yang diketahui dibuat oleh manusia berdasarkan kebiasaan atau kesepakatan dapat dirubah jika diinginkan bersama sedangkan yang dikenal sebagai ajaran agama harus diterima tanpa ada perdebatan, artinya norma itu mutlak harus diikuti.

Pada awalnya manusia hidup berdasarkan insting, insting itu berkembang sejalan dengan perkembangan pengetahuan manusia. Perkembangan manusia menciptakan hubungan diantara kelompok2 mansia yang mempunyai kebiasaan serta bahasa yang berbeda pula. jauh sebelum ajaran Yahudi, Kristen dan Islam sudah tumbuh pemikiran2 sebagai pedoman hidup agar dapat hidup berdampingan yang lebih mengarah pada fissafat kehidupan karena tidak menyangkut ketuhanan. Sejarah Nabi menyebutkan bahwa nabi musa merupakan tokoh berkeyakinan Tuhan yang satu ( monotheis). Dari sejarah nabi Musa, seiring dengan perjalanan waktu tumbuh berkembang ajaran Kristen yang mempercayai Yesus sang penebus dosa dan juru selamat umat manusia dan pada akhirnya ajaran kristen mengalami perpecahan menjadi banyak aliran. Demikian juga dengan ajaran Islam yang tumbuh belakangan yang pada intinya percaya kepada Tuhan yang tidak beranak dan diperanakan yaitu Allah SWT dan dalam perkembangan selanjutnya mengalami perpecahan menjadi banyak aliran. Pecahnya pandangan agama itu karena memang pada dasarnya manusia memiliki naluri yang kuat untuk menyerang, namun sikap menyerang itu tredam oleh adanya norma yang telah diterima sehingga untuk menghindarinya manusia akan berdamai atau sebaliknya menempuh jalan masing2.

Pelajaran sejarah perkembangan agama yang dipelajari sewaktu duduk disekolah menengah itu sesungguhnya merupakan dasar pengenalan toleransi beragama di Indonesia, ini sesuai dengan garis politik sebagai negara sekular. Untuk menjaga kerukunan, undang2 yang melarang mempertentangkan agamapun juga ada. Dalam sejarah kemerdekaanpun telah muncul partai2 islam atau berbasis kaum muslim seperti halnya PKS. Yang menarik dalam kiprah politik PKS, PKS masuk kedalam massa islam yang tidak begitu rukun dan mampu mengungguli partai lain yang berbasis kaum muslim juga.

Dalam 10 tahun terakhir ini, memang sering terjadi ketegangan antara PKS dengan sejumlah ormas Islam seperti NU dan Muhammadiyah. Pokok permasalahnya adalah soal perebutan masjid antara kader PKS dengan NU maupun Muhammadiyah. Ketegangan ini ditanggapi serius dengan reaksi dari pimpinan ormas Islam baik NU maupun Muhammadiyah.  Perebutan masjid tidak sekadar ‘akuisisi’ oleh sejumlah kader PKS. Lebih dari itu, ketegangan yang lain juga bermuara dari praktik keagamaan. Seperti praktik tahlilan, Maulid Nabi Muhammad, yasinan, dibaiyyah yang kerap menjadi sumber persoalan antara PKS dengan sejumlah warga ormas Islam. Meski dalam perkembangannya, PKS juga turut serta dalam praktik-praktik keagamaan yang kerap dilakukan muslim tradisional. Disamping itu, sering pula terjadi perebutan Mesjid oleh orang yang berafiliasi pada kedua ormas tersebut yang disebabkan oleh adanya perbedaan praktik keagamaan.

Masuknya PKS kedalam mesjid secara langsung akan mempengaruhi pengusaan mesjid dari kedua ormas tersebut.  Pebagai pihak ketiga yang masuk dalam kisruh praktik keagamaan, maka PKS akan dianggap menjadi pihak yang independen ditengah perselisihan kedua ormas islam itu. Jika akhirnya PKS serius menggarap ormas Islam terbesar di Indonesia yakni NU dan Muhammadiyah itu, yang bakal terkena dampaknya adalah PAN dan PKB. Kedua partai ini mengandalkan suara basis ormas NU dan Muhammadiyah. Hal itu terekam melalui Pemilu 2009 lalu. PKS menjadi satu-satunya partai Islam yang tidak mengalami penurunan suara. Bahkan dalam Pemilu 2009 lalu juga menobatkan PKS sebagai partai Islam terbesar.  Dalam perolehan Pemilu 2009 lalu, PKS meraih suara 7,88% atau sebanyak 59 kursi DPR RI. Perolehan ini menyalip partai Islam atau berbasis Islam lainnya seperti PAN meraih 6,01%, PPP 5,32%, dan PKB hanya meraih 4,94%.

Dalam perkembangan terakhir, PKS semakin menunjukkan sebagai partai terbuka, bukan hanya menggarap basis ormas islam, juga tampaknya menggarap basis non muslim sebagaimana dalam pengurusan partai mengangkat pengurus yang berlatar belakang non muslim. Artinya, secara tidak langsung PKS telah mengarahkan garis politiknya menjadi partai nasionalis. Namun demikian, PKS tidak ingin meninggalkan citranya karena terkait dengan basis massa yang telah digarapknya.  Tidak dapat dipungkiri lagi, PKS adalah sebuah partai, mempolitisasi islam adalah cara meraup suara.  Jika dalam langkah politiknya dianggap tidak sepenuhnya mengakomodir kepentingan umat islam maka dapat dimaklumi karena dalam kenyataannya negara ini berlandaskan negara sekular. Artinya PKS dalam kiprahnya telah melakukan pembaharuan, mendobrak pandangan islam yang konservative  dengan menerima non muslim didalam partai ini.

Politik tidak perlu gentlemen, memanfaatkan situasi untuk dapat meraih kekuasaan adalah hal yang lumrah.  Setelah mengadakan perlawanan terhadap SBY dalam bailout bank Century, dalam Munas 2 PKS ini seolah mendeklarasikan sebagai sekutu SBY seperti yang ditunjukkan pada pembukaan Munas yang dilakukan SBY, sebuah kejadian yang tak lazim, Munas dibuka oleh pembina partai lain. Namun dari manuver tersebut, setelah berhasil menggaet massa dari partai islam lainnya melalui pengusaan mesjid, menerima non muslim dan agaknya sasarannya mengambil massa partai Demokrat dengan merangkul SBY. Tak heran jika selama ini PKS mengatakan hanya mendengarkan suara SBY, tidak Partai Demokrat. Gaya politik PKS ini tentunya membuat sebal Partai Demokrat karena semua tahu, besarnya partai demokrat karena kharisma SBY.  Dan satu lagi yang terpenting mengapa PKS menerima Non Muslim, bahwa semua warga negara Indonesia mempunyai kedudukan yang sama artinya warga negara indonesia mempunyai hak yang sama termasuk masuk surga, surga menurut kepercayaan masing2 tentunya. Melihat fenomena mudahnya politikus berpindah partai, massapun demikian, siapa pandai membujuk, dialah pemenangnya, PKS bagaikan virus yang akan menggerogoti partai lainnya, berlabel islam, isinya nasionalis.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline