[caption id="attachment_76937" align="alignleft" width="300" caption="Indahnya Alam laut dan pegunungan menjelang kota Bandar Lampung"][/caption] Banyak kota di Indonesia yang mulai tumbuh dan berkembang ditepi pantai atau sungai, hal ini dikarenakan tumbuh berkembangnya oleh karena adanya sarana transportasi yang pada waktu lalu masih mengandalkan jalur laut dan sungai. Kemudahan sarana transportasi tersebut sekaligus merangsangsang perniagaan berlangsung ditempat itu juga. Sebuah komintas manusia dengan segala macam aspek selanjutnya menumbuhkan industri kebutuhan manusia serta jasa lainnya termasuk pendidikan. Kota2 yang ada saat ini, masih terlihat sisa peninggalan kota tua yang berada disekitar bandar pelabuhan. Kelompok etnik membentuk komunitas2 seperti kita kenal pecinan, kampung arab, kampung makassar dan lain2. Dengan segala macam aktivitas manusia, makin lama perkembangan kota terus mengarah kepedalaman daratan. Terus mengarah kepedalaman karena tumbuh dan berkembang pula kegiatan pertanian atau perkebunan sebagai kebutuhan pokok kuminitas manusia itu. Demikian pula halnya dengan kota Bandar Lampung yang berawal dari kedekatan dengan pelabuhan terus berkembang menyusuri lembah perbukitan dan saat ini perbukitan yang semula merupakan daerah konservasi air telah banyak berubah fungsi sebagai pemukiman, terlebih wilayah perbukitan dianggap sebagai pemukiman yang nyaman karena berpemandangan laut. [caption id="attachment_76939" align="alignright" width="300" caption="Batam patut dijadikan Contoh pembangunan kota pantai"][/caption] Kota yang berada dibibir pantai ini dengan pasir pantainya yang putih merupakan bagian kota yang mempunyai keindahan tersendiri, namun sayangnya tidak ada perencanaan yang jelas dari pemerintah kota memanfaatkan potensi yang luar biasa itu. Orang2 perorang pada akhirnya mengusahakan pemandangan pantai itu menjadi tempat wisata. Banyaknya pengunjung ternyata membuat pemerintah kota tertarik ikut menanganinya padahal wilayah itu merupakan wilayah perkampungan nelayan yang tumbuh berkembang sebagi nelayan dari tempat itu. Lokasi yang terlindung pulau2 kecil yang membuat laut lebih tenang menjadidikan mandi dipandai bukan hal yang membahayakan. [caption id="attachment_76940" align="alignright" width="300" caption="Latar Belakang Bakauheni yang belum terbangun"][/caption] Banyaknya usaha tempat wisata yang dibuka oleh perorangan itu menarik pemerintah kota bandar lampung ikut turun tangan menjadikan wilayah tersebut sebagai waterfront city. Perencanaan dan cita2 dikemukakan, memanfaatkan bukit sebagai daerah resapan air menjadi lokasi yang menarik. Disamping itu, pengembangan tersebut mengarah pada lokasi pangkalan Angkatan Laut dan latihan tempur marinir. Pemilihan lokasi tempur dan pangkalan militer tentunya didasarkan bahwa daerah tersebut merupakan wilayah backlock, atau wilayah yang sulit terbangun karena tidak ada akses ekonomi yang potensial sehingga akan dihindari oleh pemukim. [caption id="attachment_76941" align="alignleft" width="300" caption="Senangnya jika dapat terbangun seperti ini"][/caption] Pantai yang terlindung pulau2 kecil itu, tentu mempunyai arti strategis untuk pertahanan militer karena befungsi sebagai bennteng pertahanan alam dan sekaligus berfungsi sebagai lahan penghidupan para nelayan. Investasi sangat besar untuk membangun infrastruktur daerah tujuan kesenangan. Jika dilihat dari arti ekonomi, pembangunan objek wisata kota pantai hanyalah menggusur kaum nelayan yang masih termarginalkan, tidak besar manfaatnya untuk masyarakat secara luas. [caption id="attachment_76944" align="alignright" width="300" caption="Pantai Mutun yang mendekati Instalasi Militer"][/caption] Lokasi wisata yang sudah lama ada saat ini telah menjadi instalasi industri maupun pembangkit tenaga listrik. Padahal, jika kita melihat potensinya, lahan2 kosong yang terlihat dari ketinggian bukit yang dilalui jalan trans sumatra sangat potensial sekali dijadikan waterfront city sebagai gerbang kota Bandar Lampung. Pada akhirnya kembali kepada batas wilayah, bahwa lokasi yang strategis tersebut adalah wilayah pemkab Lampung Selatan, lain penguasanya, lain pemikirannya. Disinilah peran pemprov dalam pembangunan daerah sangat diperlukan dalam mengkoordinasikan pembangunan perkotaan terutama pada batas wilayah otoritas wilayah sehingga masyarakat seolah tidak hidup dalam negara yang berbeda2. Pembangunan selama ini hanya mengikuti trend yang berkembang dengan sendirinya sehingga pembangunan belum mengarah pada pengembangan ekonomi. [caption id="attachment_76945" align="alignright" width="300" caption="Kapan akan terbangun seperti di Johor Baru ini ?"][/caption] Sebagai contohnya, sesungguhnya waterfront city lebih potensial dikembangkan di lintas trans sumatra, tetapi karena bukan wilayahnya maka waterfront city diarahkan kepantai menuju instalasi militer dan perbukitan yang merupakan konservasi alam. Begitu juga rencana pemindahan pusat pemerintahan pemprov, lebih cenderung menuju Bandara ketimbang daerah lintas yang potensial dikembangkan menjadi pusat perekonomian baru. Ada dasar pembangunan perkotaan yang saya fahami, pengembangan kota oleh karena adanya kegiatan pusat pemerintahan selalu akan diikuti oleh munculnya pemukiman dan perniagaan. Menjauhi bandara adalah syarat utama sebab lintas udara mempunyai resiko tinggi terhadap keselamatan pemukiman. [caption id="attachment_76949" align="alignleft" width="300" caption="Sahabatku"][/caption] Hanya berkhayal, andaikata Jakarta sudah penuh sesak, pindah saja ibukotanya di Bakauheni, bangun jembatan yang menghubungakan Jawa dan Sumatra, akan tumbuh kota baru, Bakauheni Waterfront City seperti Johor Baru. Indonesia negara besar, mestinya mampu membangun sebuah kota yang indah sebagai wujud kemakmuran bangsa. Jangan gembira dengan bangsa kita diujung timur, buatlah mereka sebagai cermin keberhasilan, mungkin alat yang digunakan adalah produk cina, antenanya pasti produk dalam negeri. Saat ini mungkin baru dapat mimpi, mimpi indah Indonesia merdeka, merdeka yang telah berumur menjelang 65 tahun tetapi entah kapan impian itu menjadi terwujud. Andaikata Ibu Kota negeri ini dipindahkan ke Papua, mungkin papua akan terbangun sebagai cermin bangsa dan paling tidak koteka itu hanya menjadi kekayaan budaya, bukan cerminan bangsa ini. Hallo...hallo bapak Presiden....apa kabar......, aku sehat2 walaupun tidak berpakaian, kapan daerahku dibangun...?. Kapan negeri ini terbangun bila fokusnya masih pada aturan untuk membentengi kekuasaan. Secara terus terang tanpa malu2 anggota dewan kita berkata bahwa lembaga politik, omongannya tidak dapat dipegang. Sayang sekali, pemahaman sebagai wakil rakyat telah disalah artikan untuk bersilat lidah, bukan memperjuangkan kesejahteraan rakyat. Ironis ........ entah sampai kapan lahan kosong itu tetap merangas menunggu sentuhan pembangunan negeri ini karena memang telah diakui bahwa menjadi politikus tugasnya adalah bersilat lidah. Pantas saja kesenjangan ekonomi dan pembangunan negara ini sulit diakhiri.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H