Lihat ke Halaman Asli

Kompasioner Jangan Terprovokasi.

Diperbarui: 26 Juni 2015   18:40

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Media. Sumber ilustrasi: PIXABAY/Free-photos

Ramalan tentang Indonesia rusuh dalam tahun 2010 dapat kita baca didalam situs internet, baik dengan argumentasi kondisi politik yang berkembang maupun pandangan supra natural. Lalu apa sebetulnya yang diharapkan dari ramalan tersebut ?. Ada banyak tujuan,  penulis yang sekedar mencari sensasi, penulis yang merasa tidak puas dengan situasi atau memang kepentingan sekelompok orang yang berambisi ikut berkuasa.

Methode pembuatan kerusuhan dapat diawali dengan pengembangan opini masyarakat baik melalui media cetak, electronik atau melalui jaringan internet seperti ini.  Itulah sebabnya, semua media dimonitor oleh aparat untuk mencegah media2 ini dipakai sebagai alat pengembangan opini yang muaranya adalah anti pemrintah. Sebab sikap anti pemerintah adalah sikap yang sangat berpontensi menimbulkan kerusuhan. Undang2 ITE dikeluarkan antara lain untuk kepentingan negara tersebut.

Didalam artikel kompasiana, banyak saya jumpai artikel yang sifatnya membangun opini anti pemerintah atau anti SBY.  Terutama menyangkut buku GJA, terlepas buku itu benar atau tidak, adalah menyudutkan pribadi pimpinan bangsa. Menyudutkan pimpinan bangsa dapat menimbulkan ketidak sukaan terhadap pemrintahan. Dalam situasi seperti ini masyarakat dengan mudah diprovokasi untuk berbuat anarkis.

Kita harus mampu membedakan mana yang kritik dan mana yang memfitnah atau menghina, itulah sebabnya dalam beberapa postingan terakhir saya coba membahas soal kritik dan sedikit menyinggung undang2 ITE. Demikian pula dalam artikel bergambar hasil rekayasa foto, saya tampilkan wajah2 tertawa SBY,Sri Mulyani dan Boediono.  Memang faktanya semua manusia dapat menunjukkan expresi tertawa, demikian juga dengan pimpinan bangsa kita yang tertawa gembira dapat mengatasi kemelut politik di Indonesia.  Demikian pula saya gambarkan kecemberutan wajah tokoh karena kecewa, sebagai gambaran tidak mampu menggoyangkan Boediono dan Sri Mulyani. Adalah gambaran harapan tahun 2010  akan merupakan tonggak kerukunan sebagai dasar membangun ekonomi Indonesia yang sedang terpuruk.

Apabila kondisi situasi politik tidak berubah, hal ini akan mempersulit negeri ini untuk membangkitkan ekonomi.  Jika ekonomi tidak juga membaik karena situasi politik yang tidak stabil, rakyat lebih mudah lagi terprovokasi. Belajar dari pengalaman yang lalu, hancurnya ekonomi Indonesia menjelang lengsernya Suharto yang  menimbulkan kerusuhan tidak terulang lagi. 

Saya dapat memahami jika ada yang keberatan dengan postingan2 saya tersebut karena terkesan saya memihak SBY.  Apa yang saya sampaikan dalam artikel saya tersebut hanyalah untuk sharing pendapat dimana saya mengajak para kompasioner yang belum faham mengenai system dan mekanisme pemerintahan agar tidak mudah terprovokasi hal2 yang tidak dipahami.  Banyak cara menyampaikan pendapat dengan tulisan atau gambar. Gambar yang berbunyi suasana gembira, sedih, marah  biasanya dibuat secara manual yang kita kenal dengan seni karikatur. Kemajuan tehnologi saat ini, seni karikatur dapat menggunakan media foto, foto siapa saja,perubahan wajah akan langsung menghilangkan identitas dari pemilik foto itu sebab wajahnya menjadi lain dan tidak identik lagi. Lain dengan manipulasi foto, mempertahankan wajah dengan mengganti tubuh sehingga menciptakan pemilik wajah berfotol bugil adalah pelanggaran hukum.  Gambar dan text adalah satu kesatuan makna,  mengganti wujud seseorang dengan binatang adalah pelanggaran.  Dan ini bukan tidak terjadi di Kompasiana, namun dengan mengingatkan adanya etika, hal ini tidak terulang lagi.

Saling mengingatkan sangat diperlukan diantara kompasianer, termasuk mengingatkan adanya kritik yang tidak proprsional yang menjurus pada fitnah. Saling mengingatkan adalah penting agar kita semua berada pada koridor yang semestinya. Adanya postingan saya  yang mengajak para kompasioner agar tidak terprovokasi adalah bentuk sharing connection yang saya fahami. Sebab, pengembangan opini dapat merupakan sebuah methode menciptakan kerusuhan.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline