Lihat ke Halaman Asli

Benarkah Orang Tua Tiri Dituntut untuk Lebih Intens dalam Pengasuhan Anak?

Diperbarui: 6 Oktober 2019   01:00

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

gambar: letgro.org

Orang tua yang menikah lagi, akan menghadapi beberapa tugas yang unik. Dimana pasangan tersebut harus menentukan dan memperkuat pernikahan mereka dan pada saat yang sama, melakukan negosiasi ulang hubungan orang tua biologis dengan anak, dan membangun hubungan orang tua tiri dengan anak tiri.

Dari beberapa kasus, terbentuknya keluarga tiri dapat didahului dengan kematian pasangan dan juga perceraian. Tiga jenis struktur keluarga tiri adalah (1) ayah tiri (2) ibu tiri, dan (3) campuran atau kompleks. Dalam keluarga tiri campuran atau kompleks, kedua orang tua membawa anak-anak dari perkawinan sebelumnya untuk tinggal di sebuah keluarga tiri yang baru di bentuk oleh pasangan tersebut.(Santrock)

Berdasarkan kutipan dari Jane B. Brooks The Process of Parenting, orang tua tiri disebut lebih menuntut dari pada mengasuh dalam keluarga yang utuh, karena berbagai alasan.

Pertama, orang tua tiri tidak memiliki hubungan emosional yang lama; ikatan dengan anak-anak untuk membantu mereka untuk mengatasi perasaan frustasi dan stress yang terjadi selama perubahan yang dialami oleh keluarga.

Kedua, keluarga tiri mencakup lebih banyak orang dari pada keluarga ini, dan semua memiliki kebutuhan dan minat yang berbeda untuk di pertimbangkan. Terdapat suami dan istri, yang menjadi calon orang tua biologis dari tiri mereka. Orang tua memiliki tugas untuk memperkuat dan mempertahankan ikatan perkawinan dengan mempertahankan hubungan dengan anak kandung dan membentuk hubungan saudara kandung yang positif.

Anggota ketiga dari keluarga campuran mungkin memeiliki perasaan cemburu karena semakin banyak orang yang terlibat dan orang tua yang baru menikah ingin mencurahkan waktu untuk hubungan mereka, orang tua tiri mungkin memiliki lebih sedikit waktu untuk diberikan kepada masing-masing anak.

Ketiga, orang tua dan anak-anak di hantui oleh pernikahan sebelumnya. Orang tua tiri mungkin merasa tidak aman ketika mereka hidup dengan anak-anak yang merupakan bukti konstan bahwa pasangan itu mencintai orang lain. Selanjutnya, orang tua kandung biasanya terus melakukan kontak atau hubungan dengan mantan pasangan karena anak-anak.

Keempat, mantan pasangan mungkin menggunakan anak-anak dan kebutuhan mereka untuk menyerang orang tua kandung dan orang tua tiri. Seorang ayah dan ibu tiri melaporkan bahwa ibu tidak pernah membelikan pakaian untuk anak-anak, dan ketikan ayah melakukan ini selain  melakukan pembayaran tunjangan bulanan anak, ibu tidak akan  mencucikan baju mereka. Pun sebalikna seorang ibu melaporkan bahwa ayah dan ibu tiri, dari pada menyediakan uang untuk pakaian  untuk anak-anak, bukannya membelikan anak-anak pakaian yang sesuai untuk gaya hidup ayah dan ibu tiri, tetapi untuk kebutuhan anak-anak di sekolah dan bermain.

Kelima, tidak ada pedoman khusus untuk menjadi orang tua tiri. Orang tua tiri harus menciptakan perannya sebagai keperibadiannya masing-masing, dengan memperhatikan usia dan jenis kelamin anak-anak dan pengaturan hidup mereka. Orang tua tiri yang sudah diperingatkan tentang masalah orang tua tiri dan yang berfikir dan berbicara, sebelumnya tentang cara mengatasi masalah ini sehiingga dapat menemukan peran baru mereka bermanfaat dan menarik.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline