Lihat ke Halaman Asli

Neurosains dalam Pembelajaran Anak Usia Dini (PAUD)

Diperbarui: 30 Juni 2021   07:34

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Neurosains dalam Pembelajaran Anak Usia Dini (PAUD) | Kredit Gambar : VectorStock.com/17506436

Sebelum menginjak pada pembahasan neurosains dalam  pembelajaran PAUD, alangkah baiknya kita memahami terlebih dahulu apa itu neurosains.

Secara etimologi, neurosains adalah ilmu neural (neural science) yang mempelajari tentang sistem saraf, terutama mempelajari neuron atau sel saraf dengan pendekatan melalui banyak cabang ilmu. Sedangkan secara terminologi, neurosains merupakan bidang ilmu yang mengkhususkan pada studi saintifik terhadap sistem saraf. Atas dasar ini, neurosains juga disebut sebagai ilmu yang mempelajari otak dan seluruh fungsi-fungsi saraf belakang.

Baca juga: Neurosains Pemasaran Mendongkrak Kinerja Bisnis

Pada dasarnya, neurosains merupakan cabang dari ilmu biologi yang dikembangkan sedemikian rupa untuk mencapai fokus bahasan tertentu. Sehingga pembahasan neurosains dalam pembelajaran tidak terlepas kaitannya dengan struktur dan fungsi-fungsi otak.

Dewasa ini, sudah banyak penemuan mengenai bidang neurosains, khususnya fakta tentang otak anak. Yang kemudian penemuan tersebut mengantarkan kita kepada wawasan bahwa anak usia dini (usia 0-6 tahun) merupakan usia emas, atau yang seringkali kita sebut golden ages. Sejalan dengan ini, Howard Gardner menyatakan bahwa anak-anak pada usia 5 tahun pertama selalu diwarnai dengan keberhasilan dalam belajar mengenai berbagai hal.

Pernyataan Gardner hanyalah satu diantara sekian banyak psikolog yang mendukung fakta bahwa anak usia dini cenderung cepat menangkap dan memahami sesuatu. Sehingga diperoleh kesimpulan, bahwa untuk menciptakan generasi yang berkualitas dibutuhkan pendidikan yang mumpuni sejak usia 0-6 tahun yakni melalui Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD).

________________

Usia dini adalah usia emas, dimana pada tahap ini anak selalu diwarnai dengan kemampuannya melakukan banyak hal. Mereka menaruh optimism yang sangat tinggi untuk berhasil, meskipun tidak selalu berhasil.

Baca juga: Neurosains dan Dunia Pendidikan

Ketika anak lahir, sel-sel otaknya mencapai 100 miliar. Sel-sel tersebut saling berhubungan meskipun hanya sedikit, meliputi sel-sel otak yang mengendalikan jantung, pernapasan, pendengaran, gerak refleks, dan naluri hidup.

Ketika anak memasuki usia 3 tahun, sel otaknya telah membentuk sekitar 1.000 triliun jaringan koneksi/sinapsis. Jumlah ini 2 kali lebih banyak dari yang dimiliki orang dewasa. 

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline