Lihat ke Halaman Asli

Memahami Pentingnya Eksplorasi Kemampuan Kognitif Anak Sejak Dini

Diperbarui: 14 Februari 2019   00:19

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Getty Images/iStockphoto

Anak usia dini merupakan individu yang unik. Mereka semua sama, namun sekaligus berbeda. Setiap anak memiliki ciri khasnya masing-masing dan tingkat kemampuan yang berbeda. Untuk itu, tak jarang kita jumpai anak dengan pertumbuhan dan perkembangan yang berbeda dari teman-teman sebayanya.

Seperti yang kita tahu, ada banyak sekali aspek dalam diri anak usia dini yang perlu dikembangkan. Ada lima aspek perkembangan, yakni kognitif; motorik; sosial-emosional; agama;dan seni. Kelima hal tersebut, harus diawali dengan suatu ketrampilan dasar yang nantinya akan menjadi pondasi anak. Dalam artian, sebelum menginjak pada ketrampilan yang kompleks, anak terlebih dahulu harus menguasai ketrampilan dasar.

Nah, dalam mengembangkan ketrampilan dasar anak, kita memerlukan satu aspek yang sangat penting. Aspek itu adalah kognitif, yang menjadi induk dari ketrampilan dasar. Mengapa demikian?

Bayi yang baru lahir, memiliki kurang lebih 100 miliar sel otak. Sedangkan otak mereka hanya bisa berkembang secara optimal sampai usia 8 tahun. Itulah mengapa golden age  sangatlah penting dijadikan masa-masa kritis untuk mengembangkan setiap aspek kemampuan anak.

Pada dasarnya, periode tersebut merupakan saat dimana lingkungan memegang pengaruh yang besar dalam perkembangan dan pertumbuhan sistem otak anak. Tidak hanya itu, lingkugan juga mempengaruhi jumlah sel otak dan kinerjanya, sehingga pada masa ini lingkungan anak harus sangat diperhatikan.

Jean Piaget, seorang tokoh masyhur dalam teori belajar kognitif, memandang bahwa proses berpikir merupakan bagian dari aktivitas gradual dari fungsi intelektual dari konkret menuju abstrak. Sementara itu, kognitif sendiri berarti persoalan yang menyangkut kemampuan untuk mengembangkan kemampuan rasional (akal). Yang secara garis besar dapat kita artikan bahwa kognitif adalah kegiatan berpikir.

Piaget juga menyatakan bahwa teori belajar kognitif sesuai dengan teori kontruktivisme yang memandang perkembangan kognitif sebagai suatu proses dimana anak dapat memaknai sesuatu secara aktif dan mendapatkan pemahaman.

Mengapa dikatakan bahwa kognitif adalah induk dari semua aspek perkembangan, tak lain dan tak bukan adalah dikarenakan adanya kegiatan berpikir yang menjadi pusat kendali apa yang dilakukan manusia. Berlari, menggambar, bahkan bertutur kata dan berperilaku baik, membutuhkan peran otak walau hanya berpikir untuk sepersekian detik.

Untuk melatih ketrampilan dasar kognitif, diperlukan adanya stimulus-stimulus positif. Entah itu dari segi gizi, perlakuan, bahasa yang digunakan oleh lingkungannya, emosi, dan lain lain. Perlu diketahui bahwa semua hal-hal tersebut jika tidak terpenuhi secara baik, juga akan mmengganggu perkembangan otak anak. Bahkan bisa menimbulkan gangguan neurologis dan perilaku yang tidak diinginkan.

Untuk itu, pendekatan teori kognitif pada anak usia dini ini sangatlah penting karena teori kognitif lebih mengutamakan proses daripada hasil. Sehingga pada akhirnya, teori kognitif pada anak usia dini akan berdampak pada pembentukan kepribadian anak dan bagaimana cara anak tersebut menyikapi hal-hal di sekitarnya. Dan jika kognitif anak baik, maka anak akan lebih mudah dalam mengembangkan aspek-aspek perkembangan yang lainnya.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline